Gelar Keel Laying Ceremony, PT Candi Pasifik Targetkan Penyelesaian dalam 8 Bulan

Keel Laying PT Candi Pasifik. (Foto: Siko/Kaltimetam.id)

Kutai Kartanegara, Kaltimetam.id – PT Candi Pasifik resmi melaksanakan prosesi keel laying atau peletakan lunas kapal di Loh Sumber, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, pada Selasa (4/2/2025).

Acara ini menandai dimulainya pembangunan kapal tugboat baru yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas operasional perusahaan serta mempercepat pertumbuhan industri perkapalan di daerah tersebut.

Dalam industri perkapalan, keel laying merupakan tahap awal konstruksi kapal, setara dengan peletakan batu pertama dalam pembangunan gedung.

Direktur PT Candi Pasifik, I Ketut Ginatra, menjelaskan bahwa prosesi ini memiliki makna penting sebagai fondasi utama dari kapal yang akan dibangun.

“Kami bersyukur bisa melaksanakan keel laying hari ini. Ini adalah langkah awal dalam pembangunan kapal baru yang akan mendukung operasional perusahaan. Kami optimis proyek ini bisa selesai dalam waktu 6 hingga 8 bulan,” ujar I Ketut Ginatra.

PT Candi Pasifik memastikan penggunaan material berkualitas tinggi untuk membangun kapal yang kokoh dan tahan lama. Beberapa material utama yang digunakan antara lain plate baja, profil baja, piping, serta berbagai komponen penting seperti main engine, auxiliary engine, sistem propulsi (propulsion system), dan sistem navigasi modern seperti radar system.

“Kami berkomitmen untuk menghadirkan kapal berkualitas tinggi dengan teknologi terbaik. Semua material yang kami gunakan telah melewati standar ketat demi memastikan keamanan dan efisiensi kapal dalam operasionalnya,” jelasnya.

Selain itu, perusahaan juga mengikuti standar keselamatan kerja sesuai dengan regulasi Kementerian Ketenagakerjaan. Setiap pekerja diwajibkan menggunakan alat pelindung diri seperti helm dan sepatu keselamatan guna menghindari risiko kecelakaan kerja di galangan kapal.

Meski industri perkapalan di Kalimantan Timur terus berkembang, masih ada berbagai tantangan yang harus dihadapi, terutama terkait dengan pengadaan material dan sumber daya manusia (SDM).

“Salah satu tantangan terbesar yang kami hadapi adalah ketersediaan material. Samarinda belum memiliki pasokan material yang memadai, sehingga kami masih harus mendatangkannya dari Jawa. Ini tentu meningkatkan biaya produksi dan waktu pengerjaan,” ucapnya.

Tak hanya soal material, tantangan juga datang dari keterbatasan tenaga kerja terampil di bidang perkapalan. Hingga saat ini, hanya ada satu sekolah teknik perkapalan di Kalimantan Timur, yang belum mampu memenuhi kebutuhan industri secara optimal.

“Kualitas SDM lokal masih jauh dari kebutuhan industri, sehingga kami masih harus mendatangkan tenaga kerja dari Surabaya dan daerah lain di Jawa. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami,” tambahnya.

Oleh karena itu, Ketut Ginatra berharap pemerintah dan pemangku kepentingan seperti KSOP dan biro klasifikasi kapal dapat memberikan dukungan nyata dalam mengembangkan industri perkapalan di Samarinda.

“Kami ingin industri galangan kapal di Samarinda bisa berkembang seperti di Batam. Jika ada dukungan dari berbagai pihak, kami yakin hal ini bisa terwujud,” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Owner PT Epo Trans Abadi, Edy Purnomo, menjelaskan bahwa pihaknya tengah membangun dua unit tugboat secara bersamaan di dua galangan kapal yang berbeda, termasuk di PT Candi Pasifik.

“Kami adalah perusahaan pelayaran yang memiliki kebutuhan besar untuk operasional dan pengembangan usaha. Oleh karena itu, kami membangun beberapa unit kapal baru, termasuk tugboat dengan kapasitas 2×1030 HP atau total 2060 HP,” ujarnya.

Tugboat ini memiliki spesifikasi panjang 28 meter, lebar 12 meter, dan tinggi 4 meter. Kapal ini akan digunakan untuk berbagai keperluan, seperti menarik tongkang bermuatan batu bara, pasir, dan material lainnya, serta sebagai kapal pandu (assist tug) yang membantu kapal besar bersandar di pelabuhan.

“Kapal kami banyak beroperasi di perairan Kalimantan Timur hingga Jawa. Ada juga yang melayani rute lokal seperti Sungai Mahakam ke Muara Berau, Muara Jawa, dan Balikpapan. Dengan adanya pembangunan kapal di Samarinda, kami berharap industri perkapalan lokal bisa berkembang lebih pesat,” jelasnya.

Edy Purnomo menambahkan bahwa peningkatan produksi kapal di Samarinda akan berdampak positif terhadap perekonomian daerah.

“Kami ingin berkontribusi sebagai putra daerah untuk mengembangkan industri perkapalan di Kalimantan Timur. Dengan meningkatnya produksi kapal di Samarinda, diharapkan industri ini bisa tumbuh dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja,” katanya.

Pembuatan kapal tugboat ini merupakan proyek bernilai besar. PT Epo Trans Abadi mengontrak pembangunan kapal dengan PT Candi Pasifik senilai hampir Rp11 miliar.

“Jika kapal dibangun sepenuhnya di galangan, harga pasar bisa mencapai Rp18 miliar per unit. Namun, dengan sistem produksi yang efisien, kami bisa menekan biaya tanpa mengurangi kualitas,” pungkasnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id