Pemprov Kaltim Siapkan Tata Kelola Lingkungan Terpadu Penanganan Banjir Samarinda Akan Libatkan Akademisi Unmul

Banjir kerap melanda Kota Samarinda saat curah hujan tinggi dan air sungai pasang (Foto: Ree/Kaltimetam.id)

Kaltim, Kaltimetam.id – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) menyadari bahwa persoalan banjir yang terus membayangi sejumlah wilayah, khususnya Kota Samarinda, tidak bisa diatasi dengan pendekatan biasa. Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, menegaskan pentingnya membangun tata kelola lingkungan hidup secara komprehensif dan berbasis ilmu pengetahuan.

Hal ini disampaikannya saat berdialog dengan para mahasiswa Universitas Mulawarman (Unmul), Rabu kemarin (4/6/2025), usai menerima aksi unjuk rasa yang menuntut penanganan serius terhadap isu lingkungan dan tambang ilegal di Kaltim.

“Kita sudah menggelontorkan anggaran hampir Rp1 triliun dalam setahun hanya untuk penanganan banjir di Samarinda. Dana itu digunakan untuk memperbaiki Sungai Karang Mumus, Danau Benanga, parit-parit kota, dan infrastruktur penunjang lainnya. Tapi nyatanya banjir masih terjadi,” ujar Seno.

Ia menekankan bahwa penanganan banjir tidak bisa dilakukan hanya dengan membangun fisik, tanpa mengetahui akar permasalahannya secara mendalam.

Untuk itu, Pemprov Kaltim mendorong kolaborasi riset dan pembuatan grand design atau cetak biru penanggulangan banjir yang melibatkan kampus, khususnya Universitas Mulawarman.

“Saya ingin para peneliti dari Unmul ikut terlibat aktif. Kita perlu tahu di mana letak catchment area-nya, apa penyebab utama banjir, dan solusi jangka panjangnya. Jangan sampai anggaran triliunan digelontorkan tapi tidak menyelesaikan masalah,” tegasnya.

Lebih lanjut, Seno menegaskan bahwa persoalan banjir sudah terjadi selama puluhan tahun, bahkan sebelum masa pemerintahannya. Meski baru menjabat 100 hari, Pemprov Kaltim telah mengambil langkah-langkah taktis, namun tetap membutuhkan dukungan akademik dan partisipasi publik agar penanganannya tepat sasaran.

“Saya juga ikut merasakan banjir, saya juga terdampak. Tapi masalah ini tidak bisa diselesaikan dengan ucapan ‘kalau tak mau banjir, pindah ke dataran tinggi’. Kita harus mencari solusi yang nyata untuk kota ini,” katanya.

Ia pun mengajak mahasiswa dan civitas akademika Unmul untuk duduk bersama membedah peta lingkungan dan bencana Kaltim, tidak hanya untuk Samarinda, tetapi juga daerah lain seperti Batuah dan Gerilya yang rawan tanah longsor.

“Saya sudah turun langsung ke lokasi longsor, melihat kondisi masyarakat, dan mengevakuasi mereka ke tempat tinggal yang lebih aman. Itu bagian dari mitigasi bencana. Kami butuh pendampingan ilmiah, terutama dari fakultas teknik geologi dan teknik pertambangan Unmul,” tambahnya.

Menurut Seno, penguatan mitigasi bencana, pengelolaan sumber daya air, dan penyusunan perencanaan tata ruang berbasis data menjadi bagian penting dari reformasi tata kelola lingkungan hidup di Kaltim.

Ia membuka ruang seluas-luasnya bagi masukan, kritik, dan kerja sama dari mahasiswa maupun akademisi.

“Mari kita diskusi. Kita bentuk forum bersama, kita buka buku-buku referensi, dan kita rumuskan bersama solusi terbaik untuk masa depan lingkungan hidup Kalimantan Timur,” tutupnya. (REE)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id