Samarinda, Kaltimetam.id – Dalam rangka mempercepat penanganan stunting di Kalimantan Timur, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Provinsi Kaltim hari ini mengadakan kegiatan simbolis penyerahan bantuan berupa makanan tambahan berbasis protein hewani.
Bantuan ini ditujukan kepada masyarakat Kota Samarinda, khususnya di Kecamatan Sungai Kunjang, sebagai bagian dari program pemerintah untuk menekan angka stunting.
Penyerahan bantuan ini mencakup distribusi 12.000 butir telur serta daging giling sapi dan daging ayam yang akan disalurkan secara rutin selama dua bulan ke depan. Bantuan ini diberikan kepada keluarga dengan balita dan ibu hamil yang membutuhkan tambahan nutrisi, khususnya untuk mencegah kekurangan gizi yang dapat menyebabkan stunting pada anak-anak.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim, Fahmi Himawan, menjelaskan bahwa intervensi ini adalah bagian dari komitmen pemerintah provinsi untuk menurunkan prevalensi stunting, yang masih menjadi masalah serius di Kalimantan Timur.
“Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia 2023, prevalensi stunting di Kota Samarinda tercatat sebesar 24,4%, lebih tinggi dari rata-rata provinsi yang berada di angka 22,9%,” jelasnya.
Fahmi menyebut bahwa Kota Samarinda menjadi prioritas karena angka tersebut mengindikasikan perlunya intervensi yang lebih intensif untuk menurunkan risiko stunting di daerah tersebut.
“Program ini adalah bagian dari upaya strategis kami untuk menurunkan angka stunting di Samarinda dan di seluruh wilayah Kaltim. Protein hewani dari telur, daging giling sapi, dan ayam yang kami berikan akan membantu memenuhi kebutuhan gizi anak-anak dan ibu hamil yang menjadi sasaran program ini,” ungkapnya.
“Selain itu, kami juga mengedepankan aspek pencegahan. Fokus kami adalah memastikan bahwa anak-anak di bawah usia dua tahun, yang berada dalam fase 1000 hari pertama kehidupan, mendapat asupan nutrisi yang optimal. Hal ini sangat penting karena 1000 hari pertama adalah masa krusial bagi tumbuh kembang seorang anak,” tambahnya.
Bantuan ini juga mencakup Kota Bontang, yang memiliki prevalensi stunting yang lebih tinggi daripada Samarinda, yaitu sebesar 27,4%. Secara keseluruhan, program ini menargetkan 400 penerima manfaat, dengan masing-masing 200 orang dari Samarinda dan 200 orang dari Bontang.
Para penerima manfaat terdiri dari balita di bawah usia dua tahun serta ibu hamil yang menderita anemia atau kekurangan energi kronis, berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim.
Bantuan yang diserahkan meliputi 12.000 butir telur untuk masing-masing kota, Samarinda dan Bontang, yang akan didistribusikan secara harian kepada penerima manfaat. Selain itu, bantuan daging giling sapi dan daging ayam dengan total berat 720 kilogram akan dibagikan selama periode dua bulan.
“Untuk telur, distribusinya dilakukan setiap hari agar asupan protein tetap terjaga. Sementara daging sapi giling dan ayam akan diberikan secara berkala sesuai dengan periode yang telah ditentukan oleh tim kami,” ujar Fahmi.
Ia menambahkan bahwa bantuan ini merupakan langkah nyata pemerintah provinsi untuk memperbaiki gizi masyarakat, khususnya mereka yang rentan terhadap stunting.
“Ini bukan hanya sekedar pemberian bantuan, tetapi bagian dari program jangka panjang kami untuk menurunkan angka stunting di Kaltim. Kami berharap bantuan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat,” katanya.
Ia juga menegaskan bahwa penurunan angka stunting merupakan salah satu target utama pemerintah, tidak hanya di Kaltim tetapi juga secara nasional. Berdasarkan target yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, prevalensi stunting di Indonesia harus turun hingga 14% pada tahun 2025. Meski angka tersebut masih jauh dari capaian saat ini, Fahmi optimis bahwa dengan kerja sama berbagai pihak, target tersebut dapat dicapai.
“Saat ini Kaltim berada pada angka 22,9%, jadi masih ada pekerjaan besar di depan. Tapi yang paling penting adalah adanya progres. Kami yakin dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan para pemangku kepentingan, kita bisa menurunkan angka stunting hingga mencapai target nasional,” tuturnya.
Dalam pelaksanaan program ini, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim tidak bekerja sendiri. Fahmi menekankan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor, termasuk peran aktif dari dinas kesehatan, kader posyandu, dan masyarakat setempat.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Untuk mencapai hasil yang maksimal, semua pihak harus terlibat aktif, mulai dari pemerintah daerah hingga masyarakat di tingkat bawah. Kami juga menggandeng kader posyandu untuk memastikan bahwa bantuan ini sampai kepada keluarga yang benar-benar membutuhkan,” tegasnya.
Terakhir, Program penyerahan bantuan makanan tambahan berbasis protein hewani ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan anak-anak di Samarinda dan Bontang. Dengan asupan nutrisi yang mencukupi, diharapkan anak-anak dapat tumbuh sehat dan terhindar dari risiko stunting, yang selama ini menjadi masalah besar di banyak daerah di Indonesia.
“Ini adalah langkah awal, dan masih banyak yang perlu dilakukan. Namun kami optimis bahwa dengan kerja keras dan kerja sama yang baik, kita bisa mencapai target dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan lebih baik di masa depan,” pungkasnya. (SIK)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id