Kaltim, Kaltimetam.id – Memanasnya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok sejak awal April 2025 menambah tekanan baru bagi ekonomi global. Tak terkecuali Indonesia, termasuk Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), yang ketergantungannya pada ekspor komoditas energi cukup besar, terutama pada sektor andalannya yaitu batu bara.
Provinsi ini, yang selama ini menjadi salah satu lumbung batu bara nasional, kini menghadapi risiko penurunan permintaan dari pasar global. Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim, Bayuadi Hardiayanto, mengungkapkan bahwa meski efeknya belum sepenuhnya terasa, tanda-tanda perlambatan sudah mulai muncul.
“Ketika ekonomi negara mitra utama seperti Tiongkok melambat, kebutuhan mereka terhadap energi, termasuk batu bara asal Kaltim, ikut berkurang,” ujarnya, Minggu (27/4/2025).
Sebagaimana diketahui, Tiongkok, India, dan Filipina merupakan pasar utama batu bara Kaltim. Ketidakpastian global akibat kebijakan tarif tinggi Amerika terhadap produk Tiongkok memperparah tekanan terhadap permintaan energi di kawasan Asia.
Di sisi lain, perubahan arus perdagangan akibat perang tarif tersebut juga memunculkan tantangan baru. Barang-barang produksi Tiongkok yang tak lagi bisa masuk pasar Amerika kini diarahkan ke negara-negara lain, termasuk Indonesia, memperketat persaingan barang konsumsi dalam negeri.
“Industri nasional harus bersiap menghadapi gelombang produk impor yang lebih masif. Ini tantangan serius, tidak hanya untuk manufaktur, tapi juga bagi stabilitas pasar domestik,” jelas Bayuadi.
Meski kondisi global sedang tidak menentu, Bayuadi menilai Kaltim masih punya peluang bertahan. Salah satunya adalah dengan mengalihkan fokus ekspor ke pasar nontradisional seperti ASEAN, Timur Tengah, dan Afrika. Kawasan-kawasan ini, walaupun saat ini volumenya masih kecil dibandingkan pasar besar seperti Tiongkok, menyimpan potensi besar untuk jangka panjang.
“Strategi diversifikasi pasar harus segera dijalankan untuk menjaga ketahanan ekspor, khususnya batu bara,” tegasnya.
Dalam situasi global yang terus berubah, Kaltim dituntut cepat beradaptasi agar sektor pertambangannya tetap bisa menopang pertumbuhan ekonomi daerah. (REE)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id