Penanganan Terpadu Turunkan Angka Keluarga Risiko Stunting di Kaltim

Kepala Perwakilan BKKBN Kaltim, Nurizky Permanajati (Foto: Ree/Kaltimetam.id)

Kaltim, Kaltimetam.id – Upaya serius dan berkelanjutan dalam pencegahan stunting di Kalimantan Timur (Kaltim) menunjukkan hasil yang positif. Berdasarkan data terkini, jumlah Keluarga Risiko Stunting (KRS) di wilayah ini terus mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Capaian tersebut merupakan hasil kerja kolaboratif berbagai elemen, termasuk pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, lembaga sosial, serta masyarakat.

Kepala Perwakilan BKKBN Kaltim, Nurizky Permanajati, menyebut penurunan ini merupakan buah dari sinergi yang melibatkan beragam pihak dan dilakukan secara menyeluruh.

“Penanganan stunting tidak bisa berjalan sendiri. Butuh dukungan dari pemerintah provinsi, kabupaten/kota, lembaga masyarakat, kader lapangan, media, hingga dunia usaha,” ujar Nurizky, Selasa (20/5/2025).

Ia mengungkapkan, jumlah KRS di Kaltim pada semester kedua tahun 2022 tercatat sebanyak 156.860 keluarga. Angka ini menurun menjadi 135.309 pada periode yang sama di 2023, dan kembali turun signifikan menjadi 117.689 pada semester kedua tahun 2024.

Salah satu program strategis yang kini diandalkan untuk percepatan penurunan stunting adalah Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting atau disingkat Genting. Program ini bertujuan memberikan intervensi yang tepat sasaran kepada keluarga berisiko, terutama dalam bentuk bantuan sesuai kebutuhan masing-masing rumah tangga.

Dalam pelaksanaannya, Genting melibatkan berbagai kalangan mulai dari kader posyandu, psikolog anak, dokter spesialis, hingga influencer parenting. Pemerintah juga menggalang peran serta organisasi masyarakat sipil dan pemerintah daerah untuk menjangkau keluarga rentan. Target nasional tahun ini adalah menjangkau satu juta KRS, sementara di Kalimantan Timur jumlah sasarannya mencakup 117.689 keluarga.

Nurizky menekankan bahwa perhatian utama diberikan pada fase 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yakni masa kritis yang mencakup ibu hamil, menyusui, dan anak usia di bawah dua tahun.

“Fokus utama ada pada HPK, karena periode ini paling menentukan dalam pencegahan stunting jangka panjang,” jelasnya.

Selain pelaksanaan program Genting, BKKBN juga terus mengintensifkan kegiatan sosialisasi dan edukasi masyarakat melalui berbagai saluran komunikasi. Edukasi ini mencakup informasi seputar Program Bangga Kencana serta strategi Quick Win, yang dinilai efektif membangun kesadaran publik terkait isu stunting dan pentingnya pengendalian kependudukan.

Menurut Nurizky, media memiliki peran strategis dalam membangun kepercayaan publik terhadap program-program BKKBN.

“Keterlibatan media sangat membantu menyebarluaskan informasi secara masif, serta membangun citra positif atas peran BKKBN dalam isu kependudukan dan keluarga berencana,” pungkasnya.

Ia pun menambahkan bahwa keberhasilan program-program ini akan sangat tergantung pada konsistensi penyampaian informasi dan partisipasi aktif masyarakat. Quick Win, menurutnya, perlu terus digalakkan agar masyarakat tidak hanya mengetahui, tetapi juga merasa memiliki peran dalam mendukung kebijakan pemerintah dalam menurunkan angka stunting secara nasional. (REE)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id