Minat Baca Warga Kaltim Rendah, Tertinggal dari Daerah Lain di Indonesia

Ilustrasi suasana mahasiswa sedang belajar bersama. (Foto: Istimewa)

Kaltim, Kaltimetam.id – Tingkat kegemaran membaca di Kalimantan Timur (Kaltim) kembali menjadi sorotan setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data nasional terkait literasi masyarakat. Dalam laporan bertajuk Tingkat Kegemaran Membaca Masyarakat dan Unsur Penyusunnya Menurut Provinsi 2024, Kaltim tercatat tidak masuk dalam 10 besar provinsi dengan minat baca tertinggi.

Dari lima provinsi di Kalimantan, hanya Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kalimantan Utara (Kaltara) yang berhasil menembus papan atas. Kalsel menempati peringkat kelima nasional dengan skor kegemaran membaca sebesar 74,63 dan rata-rata membaca 5–6 buku per triwulan. Kaltara menutup posisi 10 besar dengan skor 72,80.

Sebaliknya, Kaltim harus puas dengan skor 69,53, sedikit lebih tinggi dibanding Kalimantan Tengah (Kalteng) yang mencatatkan skor 68,34. Secara nasional, rata-rata skor kegemaran membaca Indonesia berada di angka 72,44, dengan estimasi masyarakat membaca sekitar 3–4 buku setiap tiga bulan.

Fakta ini cukup mengkhawatirkan mengingat Kaltim adalah salah satu provinsi yang sedang berkembang pesat, terutama dengan hadirnya rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Rendahnya kegemaran membaca bisa berdampak pada kesiapan sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan transformasi sosial dan ekonomi di masa depan.

Minat baca, menurut UNESCO, adalah indikator penting dalam pembangunan manusia. Negara atau wilayah dengan tingkat literasi tinggi cenderung memiliki masyarakat yang lebih inovatif, produktif, dan kritis. Oleh sebab itu, catatan rendahnya minat baca ini perlu menjadi perhatian serius pemerintah daerah, akademisi, hingga komunitas literasi.

Berdasarkan laporan BPS, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menegaskan diri sebagai provinsi dengan budaya membaca terbaik. DIY mencatat skor kegemaran membaca tertinggi nasional sebesar 79,99, dengan kebiasaan membaca 5–6 buku setiap triwulan.

Menyusul di bawahnya, Kepulauan Bangka Belitung dan Jawa Timur masing-masing mencetak skor 77,47 dan 77,15. Menariknya, beberapa provinsi di luar Pulau Jawa, seperti Sulawesi Selatan dan Kepulauan Riau, juga menunjukkan performa literasi yang kuat.

Berbeda dengan ekspektasi umum, DKI Jakarta justru tidak berhasil masuk dalam jajaran 10 besar provinsi dengan minat baca tertinggi, memperlihatkan bahwa faktor urbanisasi tidak selalu berkorelasi positif terhadap budaya literasi.

Berdasarkan kajian Forum Indonesia Membaca (FIM), salah satu tantangan utama rendahnya minat baca di daerah adalah kurangnya akses terhadap bahan bacaan bermutu, belum optimalnya keberadaan fasilitas seperti perpustakaan desa, serta rendahnya frekuensi program literasi berbasis komunitas.

Di Kaltim, beberapa upaya seperti pembentukan taman baca masyarakat dan program literasi digital sudah mulai dijalankan, namun belum mampu mendorong perubahan signifikan. Masih banyak wilayah, terutama di pelosok, yang mengalami keterbatasan akses buku dan media informasi. (REE)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id