Aktivis Lingkungan Tewas Diserang, Polisi Bentuk Tim Khusus Tangani Kasus Muara Kate

Kasus di Desa Muara Kate, Kabupaten Paser. (Foto: Istimewa)

Kaltim, Kaltimetam.id – Hari masih gelap saat suara teriakan membangunkan warga sekitar posko penolakan tambang di Desa Muara Kate, Kabupaten Paser. Pukul 04.30 WITA, tanggal 15 November 2024, menjadi titik awal dari sebuah tragedi yang masih membekas kuat di ingatan warga yaitu serangan brutal yang menewaskan seorang warga bernama Rusel dan melukai rekannya, Anson.

Kini, lebih dari lima bulan berlalu, dan tanda tanya besar masih menggantung di langit Muara Kate. Siapa pelaku pembunuhan ini, Apa motif di balik penyerangan sadis itu, Dan, yang tak kalah penting, sampai kapan warga harus hidup dalam ketakutan tanpa perlindungan.

Peristiwa berdarah itu terjadi di sebuah posko sederhana yang dibangun oleh warga sebagai bentuk penolakan terhadap aktivitas pertambangan di wilayah mereka. Posko tersebut bukan sekadar tempat berkumpul, melainkan simbol perlawanan masyarakat adat yang khawatir akan kerusakan lingkungan, kehilangan lahan, dan terganggunya kehidupan mereka akibat eksploitasi tambang.

Pagi buta itu, Rusel dan Anson tengah tertidur ketika seseorang yang hingga kini belum teridentifikasi masuk dan menyerang keduanya dengan senjata tajam. Anson berhasil selamat meski dengan luka sayatan di leher, namun Rusel kehilangan nyawanya di tempat kejadian.

Warga sekitar langsung geger. Polisi segera dikerahkan, dan kasus ini dengan cepat menjadi perhatian publik. Namun, seiring berjalannya waktu, perhatian mulai meredup, dan ketidakpastian makin mencengkeram warga.

Kapolda Kalimantan Timur Irjen Pol Endar Priantoro menjelaskan bahwa pihaknya masih mengalami hambatan dalam proses penyelidikan, terutama karena minimnya saksi mata.

“Ini sedang kami tindak lanjuti. Kami sudah membentuk tim khusus untuk mendukung penyelidikan di Polres Paser. Kendala utama adalah keterbatasan saksi yang melihat langsung kejadian,” ujarnya.

Meski demikian, Endar memastikan bahwa proses penyidikan tetap berjalan. Menurutnya, sejumlah warga telah dimintai keterangan dan beberapa bukti telah dikumpulkan. Namun, ia mengakui bahwa progresnya belum signifikan.

“Kami minta dukungan semua pihak. Kami tetap komitmen untuk mengungkap kasus ini sampai tuntas,” tambahnya.

Di Muara Kate, kehidupan warga tak lagi sama sejak kejadian itu. Menurut salah satu warga, Wartalinus, rasa takut masih menghantui mereka. Belum ada jaminan keamanan dari pemerintah, dan mereka merasa harus menjaga diri sendiri.

“Sudah lima bulan berlalu, tapi belum ada hasil. Kami hanya ingin keadilan untuk Rusel dan rasa aman bagi seluruh warga. Kami sudah minta perlindungan, tapi sampai sekarang belum ada yang datang,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa sekitar 15 warga telah diperiksa polisi sebagai saksi, namun belum ada perkembangan yang dapat memberikan harapan baru bagi warga.

“Kami merasa dibiarkan. Setiap malam, kami tidur dalam ketakutan. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang,” tambahnya.

Warta berdama warga Muara Kate lainnya hanya meminta perlindungan terhadap pemerintah, mengingat situasi yang belum terlalu kondusif setelah insiden pembunuhan Rusel.

“Saat ini belum ada perlindungan khusus. Kamu sudah meminta kepolisian untuk perlindungan, namun tetap saja kami masih waspada. Yang hanya bisa kami lakukan adalah menjaga diri kami sendiri,” pungkasnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id