Kaltim, Kaltimetam.id – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) bersiap menjalankan program revitalisasi sungai secara masif di delapan kabupaten/kota mulai tahun 2026 hingga 2030 sebagai langkah strategis untuk menanggulangi bencana banjir.
Wakil Gubernur Kaltim Seno Aji menyebut, daerah yang masuk dalam cakupan program ini mencakup Samarinda, Berau, Kutai Timur, Bontang, Balikpapan, Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara (PPU), dan Paser.
“Pengendalian banjir ini akan dilakukan secara terintegrasi, dimulai dari Berau sampai ke Paser,” ungkap Seno.
Menurutnya, Kota Samarinda menjadi daerah dengan fokus penanganan terbesar, dengan deretan sungai yang akan direvitalisasi di antaranya Sungai Karang Asam Besar, Karang Asam Kecil, Karang Mumus, Rapak Dalam, Makroman, Sambutan, Mangkujenang, Palaran, Bukuan, hingga Loa Hui.
Di daerah lain, seperti Balikpapan akan dilakukan perbaikan di Sungai Somber dan Teritip, sementara di PPU mencakup Sungai Labangka dan Sesulu. Paser sendiri akan mendapat perhatian di Sungai Kendilo dan Semumur.
“Selain itu, di Kukar kita tangani Sungai Loa Haur, Loa Janan, Tenggarong, Marangkayu dan Santan. Bontang ada Sungai Guntung, Bontang dan Tanjung Laut. Di Kutim kita tangani Sangatta, Kenyamukan dan Teluk Pandan. Berau juga kita masukkan Sungai Tumbit,” terang Seno.
Untuk Kota Samarinda, anggaran normalisasi Sungai Karang Mumus direncanakan sebesar Rp5 miliar per tahun. Ia menambahkan, Pemprov Kaltim juga berencana membentuk kanal baru dari hulu untuk mengurangi beban Sungai Karang Mumus serta melakukan intervensi normalisasi Bendungan Benanga yang kini makin dangkal akibat sedimentasi.
“Kalau perlu, kita buat banjir kanal baru yang dialihkan ke arah Tanah Merah lalu bermuara ke laut. Ini akan membantu fungsi Benanga kembali maksimal,” ujarnya.
Sejak 2019 hingga 2024, Pemprov melalui Dinas PUPR-PERA telah lebih dulu menangani normalisasi pada 15 sub-DAS, seperti Karang Mumus, Karang Asam Besar dan Kecil, Makroman, Sambutan, Palaran, Tanjung Aran, hingga Sungai Sempaja.
Normalisasi juga dilakukan di sejumlah segmen Sungai Karang Mumus, seperti Jembatan Selili, Jembatan S, Sungai Dama, Kehewanan, Lambung Mangkurat, Agus Salim, hingga Jembatan Gang Nibung.
“Kami lihat, langkah ini belum cukup. Maka kita perlu evaluasi banjir tahunan, lima tahunan, dan sepuluh tahunan sebagai dasar perencanaan jangka panjang,” katanya.
Pemprov Kaltim juga akan menata ulang sistem drainase kota serta memastikan semua pintu air berfungsi optimal. Salah satu yang disoroti adalah pintu air di kawasan Pasar Segiri yang kerap tetap terbuka saat air pasang, menyebabkan genangan di jalan-jalan kota.
“Harus ada petugas yang standby di setiap pintu air. Ketika air pasang, pintu ditutup dan pompa diaktifkan. Tapi faktanya tidak begitu. Ini yang harus kita benahi,” tegasnya.
Langkah-langkah tersebut, lanjut Seno, merupakan bagian dari upaya menyeluruh Pemprov Kaltim untuk menghadirkan solusi jangka panjang dalam pengendalian banjir, khususnya di wilayah-wilayah rawan. (REE)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id