Uji Pondasi Terowongan Samarinda Diduga Sebabkan Kerusakan Rumah, Warga: Kami Diketawain Saat Protes

Puluhan warga gelar aksi protes di depan Megah Proyek Trowongan Samarinda. (Foto: Siko/Kaltimetam.id)

Samarinda, Kaltimetam.id – Aktivitas pembangunan megaproyek terowongan di Jalan Kakap, Kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir, kini menimbulkan gelombang keresahan di tengah warga. Getaran keras dari pekerjaan proyek, terutama saat malam hari, membuat warga tak bisa tidur nyenyak dan menimbulkan kerusakan nyata pada rumah-rumah di sekitar lokasi.

Deru alat berat dan dentuman besi yang jatuh terdengar jelas hingga ke dalam rumah warga. Getaran yang dihasilkan cukup kuat untuk membuat dinding retak, lantai bergelombang, dan perabot rumah bergetar. Sejak beberapa hari terakhir, warga mengaku hidup dalam rasa cemas setiap kali malam tiba saat aktivitas proyek justru berlangsung semakin intens.

Herdi (nama samaran), warga RT di sekitar lokasi proyek, menggambarkan situasi itu dengan suara bergetar.

“Kami ini banyak anak-anak di sini, Pak. Saat malam hari mereka sudah tidur, tiba-tiba getaran terasa kuat sampai anak-anak terbangun kaget,” ujarnya, Rabu (15/10/2025) malam.

Menurutnya, getaran itu bisa terasa hingga tiga kali dalam satu malam. Ia sempat keluar rumah untuk memastikan sumbernya dan mendapati alat berat tengah bekerja.

“Tadi malam sampai tiga kali terasa, pas saya lihat ternyata mereka lagi kerja angkat besi. Memang tidak jatuh dari ketinggian, tapi tetap terasa getarannya sampai ke rumah,” katanya.

Kini, rumah Herdi menunjukkan kerusakan yang cukup parah.

“Dinding ruang tamu dan dapur mulai retak. Lantai di bagian belakang sudah bergelombang. Kami khawatir kalau hujan deras tanahnya bisa ambles,” ucapnya.

Keresahan warga tak berhenti pada gangguan getaran. Mereka menilai pihak kontraktor proyek bekerja tanpa koordinasi dan tanpa mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan sekitar.

Terpisah, Risma salah satu warga yang rumahnya juga mengalami keretakan, mengaku sempat mendatangi lokasi proyek untuk meminta penjelasan.

“Awalnya kami tidak tahu kalau mereka sedang uji pondasi. Tahu-tahu getarannya besar sekali. Kami sempat minta stop, tapi malah ditertawakan,” ungkapnya.

Menurutnya, ucapan pekerja proyek saat itu sangat tidak pantas.

“Kami disindir, katanya ‘terganggu kah?’ Ya jelas terganggu! Masa beban besi seberat 6 ton dijatuhkan tiga kali ke tanah malam-malam,” kata Risma dengan nada kecewa.

Ia juga menyebut ada lima rumah di lingkungannya yang terdampak dengan tingkat kerusakan berbeda-beda.

“Kalau di rumah saya, dari depan sampai ke belakang ada lebih dari sepuluh retakan. Di kamar anak saya juga renggang temboknya. Sudah disemen sebelumnya, tapi retak lagi,” jelasnya.

Kemarahan warga semakin memuncak karena mereka merasa tidak ada tindakan tegas dari pihak terkait. Padahal, laporan sudah pernah disampaikan beberapa waktu lalu.

“Kami sudah pernah lapor dan bahkan sudah ditinjau, tapi tidak ada tindak lanjut. Malam ini kami protes karena sudah tidak tahan. Malah diketawain sama para pekerja,” ucapnya.

Warga menuntut dua hal utama yaitu penanganan keselamatan lingkungan dan kompensasi atas kerusakan rumah. Mereka berharap pemerintah kota dan pihak pelaksana proyek segera turun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan tanah dan memperbaiki rumah yang rusak.

“Kalau pun tidak diganti uang, ya diperbaiki bangunannya. Yang penting aman dulu. Kalau bisa dibuatkan turap di bawah, biar tanahnya tidak terus bergerak,” ujarnya.

Soal kompensasi, warga meminta agar nilainya disesuaikan dengan kondisi pasar saat ini.

“Harga bahan bangunan sekarang mahal. Jangan ganti rugi kecil. Kalau bisa sekalian dibangunkan rumah baru. Kalau cuma dikasih uang sedikit, mana cukup untuk perbaikan,” tegas Risma.

Pembangunan terowongan di Jalan Kakap merupakan salah satu proyek besar di Samarinda yang diklaim akan meningkatkan konektivitas wilayah dan mengurangi kemacetan. Namun, di sisi lain, proyek ini kini menjadi sumber ketakutan bagi warga yang tinggal di sekitar lokasi pengerjaan.

Kondisi rumah-rumah yang mulai retak, perasaan tidak aman, hingga dugaan arogansi pekerja proyek telah memicu kekecewaan mendalam di masyarakat. Warga berharap agar Pemerintah Kota Samarinda, melalui Dinas Pekerjaan Umum dan instansi terkait, segera mengambil langkah konkret.

“Kalau memang proyek ini untuk kepentingan masyarakat luas, ya harusnya juga memperhatikan keselamatan masyarakat kecil di sekitar lokasi. Kami tidak menolak pembangunan, tapi jangan sampai rumah kami hancur karena proyek ini,” pungkasnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Exit mobile version