RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Siap Jadi Rumah Sakit Transplantasi Ginjal Pertama di Kalimantan Timur

Pertemuan antara Manajer RSUD AWS dengan rekan-rekan Media terkait akan di bukanya pelayanan Transpalantasi Ginjal. (Foto: Siko/Kaltimetam.id)

Samarinda, Kaltimetam.id – Setelah melalui persiapan panjang selama dua tahun, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdoel Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda kini memasuki babak baru dalam pelayanan kesehatan di Kalimantan Timur.

Rumah sakit rujukan terbesar di provinsi ini bersiap melaksanakan operasi transplantasi ginjal untuk pertama kalinya, sekaligus menjadi rumah sakit pertama di Kalimantan Timur dan kedua di wilayah Kalimantan setelah Makassar yang mampu melakukan tindakan medis berteknologi tinggi tersebut.

Direktur RSUD AWS, dr. Indah Puspitasari, menyampaikan bahwa langkah besar ini tidak terjadi secara instan. Pihaknya telah melakukan persiapan matang sejak dua tahun lalu, mencakup penguatan sumber daya manusia (SDM), penyediaan sarana-prasarana, hingga kelengkapan alat kesehatan yang mendukung tindakan transplantasi ginjal.

“Persiapannya bukan sehari dua hari, sudah dimulai sejak dua tahun lalu. Kami menyiapkan bukan hanya SDM, tapi juga sarana-prasarana dan alat kesehatannya. Alhamdulillah kami mendapat dukungan dari APBN maupun APBD Provinsi Kalimantan Timur,” ujarnya.

Program ini menjadi bagian dari upaya pemerintah daerah dan pusat untuk meningkatkan kemandirian layanan kesehatan di luar Pulau Jawa. RSUD AWS mendapat pendampingan langsung dari Tim Transplantasi Ginjal Nasional, yang juga menaungi RSUD Ulin Banjarmasin. Namun, dari segi kesiapan, RSUD AWS disebut lebih dulu siap melakukan operasi perdana.

“Kalau di area Kalimantan, kami nomor dua setelah Makassar. Mudah-mudahan nanti rumah sakit lain bisa menyusul. Sekarang memang AWS lebih dulu siap dibanding Ulin Banjarmasin,” jelasnya.

Pihak rumah sakit juga menegaskan, kesiapan tersebut tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga menyentuh aspek profesionalisme tenaga medis dan dukungan fasilitas yang memenuhi standar nasional. Dengan adanya program ini, masyarakat Kalimantan Timur tak lagi harus pergi ke Jakarta atau Surabaya untuk menjalani transplantasi ginjal.

Sebagai langkah awal, RSUD AWS telah menyiapkan tiga pendonor dan tiga penerima ginjal yang semuanya masih memiliki hubungan keluarga dekat. Hal ini menjadi bentuk kehati-hatian rumah sakit dalam memastikan keamanan serta keabsahan proses donor organ.

“Untuk saat ini, ada tiga pendonor dan tiga penerima, dan semuanya masih hubungan keluarga. Jadi donor dan resipiennya tiga-tiga, masih dalam lingkup saudara,” ungkap dr. Indah.

Sebelum tindakan medis dilakukan, calon pendonor dan penerima akan melalui proses verifikasi oleh tim advokasi khusus. Tim ini bertugas memastikan bahwa proses donor dilakukan secara sukarela dan legal, untuk mencegah terjadinya praktik jual beli organ tubuh.

“Yang pertama turun itu bukan tim medis, tapi tim advokasi. Mereka memastikan hubungan keluarga dan meminimalkan hal-hal yang berpotensi menyalahi aturan seperti penjualan organ,” tegasnya.

Hingga kini, proses perizinan operasi transplantasi ginjal di RSUD AWS telah memasuki tahap akhir. Kunjungan terakhir dari tim transplantasi pusat dilakukan pada 8 Oktober 2025, dan hasil evaluasinya menunjukkan bahwa RSUD AWS hanya perlu melengkapi beberapa dokumen minor sebelum izin resmi diterbitkan melalui sistem OSS (Online Single Submission).

“Dari tim pusat yang datang tanggal 8 Oktober kemarin, kami hanya tinggal melengkapi beberapa berkas kecil. Jadi sudah hampir selesai, tinggal sedikit lagi yang perlu disempurnakan,” katanya.

Jika seluruh persyaratan telah terpenuhi, operasi transplantasi ginjal pertama di Samarinda diperkirakan dapat dilakukan pada akhir tahun ini. Keberhasilan program tersebut akan menjadikan RSUD AWS sebagai pionir layanan transplantasi di wilayah timur Indonesia.

Dalam hal pembiayaan, RSUD AWS memastikan bahwa pasien peserta BPJS Kesehatan dapat memanfaatkan fasilitas tersebut untuk tindakan operasi transplantasi ginjal. Namun, untuk tahap awal seperti pemeriksaan dan screening pra-operasi, biaya masih ditanggung oleh masing-masing pasien.

“Setelah hasil pemeriksaan cocok dan operasi siap dilakukan, BPJS bisa digunakan. Tapi untuk pemeriksaan awal memang belum, masih menggunakan biaya pribadi,” terang dr. Indah.

Pihak rumah sakit juga berkomitmen menjaga transparansi dalam setiap proses, baik dari sisi administratif maupun medis, agar masyarakat merasa aman dan percaya terhadap sistem pelayanan yang diterapkan.

Program transplantasi ginjal ini menjadi tonggak penting dalam sejarah pelayanan kesehatan Kalimantan Timur. Selama ini, pasien gagal ginjal di wilayah ini harus menempuh perjalanan jauh ke luar daerah untuk mendapatkan layanan serupa. Kini, dengan kesiapan RSUD AWS, masyarakat Kaltim dapat memperoleh layanan kesehatan berteknologi tinggi tanpa meninggalkan daerahnya sendiri.

“Kami berharap ini menjadi kebanggaan Kalimantan Timur. Tidak perlu lagi pasien berobat jauh, cukup di sini, di Samarinda, dengan tenaga ahli dan fasilitas yang memadai,” pungkasnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Exit mobile version