Samarinda, Kaltimetam.id – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melakukan terobosan besar dalam upaya meningkatkan kualitas layanan kesehatan di rumah sakit daerah.
Melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, anggaran sebesar Rp16,8 miliar disiapkan khusus untuk memastikan dokter spesialis siaga 24 jam di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda, rumah sakit rujukan utama di Bumi Etam.
Langkah ini diambil seiring evaluasi pemerintah terkait sistem dokter on call yang selama bertahun-tahun menjadi standar pelayanan. Model tersebut dinilai tak lagi efektif menghadapi kompleksitas kebutuhan penanganan medis, terutama kasus gawat darurat dengan risiko fatal jika terjadi keterlambatan.
Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin, menegaskan bahwa perubahan sistem menjadi keharusan dan bukan sekadar opsi.
“Kalau on call ditelepon juga susah, akhirnya nunggu. Seolah-olah tidak dilakukan penanganan,” tegasnya.
Dalam standar rumah sakit tipe A, seperti RSUD AWS, terdapat lima spesialis utama yang wajib hadir sepanjang waktu, yakni spesialis anak, spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, spesialis kebidanan dan kandungan (Obgyn) serta spesialis anestesi.
Namun faktanya, saat ini baru spesialis anestesi yang stand by penuh di lokasi. Ketiadaan dokter lain di tempat kerap menimbulkan kondisi, pasien kritis harus menunggu lama hanya karena dokter spesialis masih dalam perjalanan menuju rumah sakit.
“Padahal empat-empatnya itu harus lengkap. Kasus darurat anak, penyakit dalam, operasi mendadak, dan ibu melahirkan dengan komplikasi itu setiap hari ada,” lanjut Jaya.
Pemerintah menyadari bahwa penyediaan tenaga spesialis membutuhkan dukungan insentif dan pembiayaan besar. Karena itu, dialokasikanlah anggaran hingga Rp16,8 miliar yang mencakup pembayaran tenaga spesialis selama satu tahun.
“Satu dokter spesialis Rp25 juta satu bulan. Kita siapkan untuk lima dokter spesialis,” katanya.
Program ini telah mendapatkan restu Gubernur Kaltim dan mulai diimplementasikan sejak Oktober. Beberapa dokter spesialis, seperti bedah, telah menerima SK penugasan.
Langkah ini disebut sebagai bentuk keberpihakan pemerintah terhadap keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
Meski optimistis, Jaya tak menutupi adanya pekerjaan rumah besar. Distribusi tenaga spesialis di Indonesia masih timpang, dan Kaltim tidak berada pada posisi yang mudah dalam hal kompetisi merekrut dokter.
Pemerintah kini menyiapkan pendekatan jangka panjang, meliputi kerja sama pendidikan spesialis dengan kampus kedokteran, penambahan insentif dan fasilitas penunjang karier, serta skema beasiswa daerah untuk calon dokter spesialis.
“Kebutuhan terus meningkat, rumah sakit semakin penuh, kasus gawat darurat tak kenal waktu. Karena itu kita harus memastikan spesialis selalu ada,” paparnya.
RSUD AWS adalah tumpuan layanan rujukan dari 10 kabupaten/kota se-Kaltim. Lebih dari jutaan penduduk bergantung pada cepat atau lambatnya penanganan medis di rumah sakit ini.
Banyak keluhan selama ini muncul dari keluarga pasien yang harus menunggu dalam kecemasan mendalam sembari berharap dokter spesialis segera tiba. Kini, pemerintah berupaya memastikan setiap detik dapat diselamatkan.
Ke depan, publik menanti implementasi penuh di lapangan: hadirnya dokter spesialis tiap detik dalam kondisi darurat bukan lagi sekadar janji, melainkan realitas layanan kesehatan di rumah sakit daerah.
“Semua demi keselamatan masyarakat Kalimantan Timur. Itu prioritas kami,” pungkasnya. (SIK)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id
