Samarinda, Kaltimetam.id – Pernyataan kontroversial YouTuber ternama Deddy Corbuzier yang meremehkan keluhan siswa terkait kualitas makanan dalam program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) memicu perdebatan di ruang publik.
Dalam sebuah video yang viral di media sosial, Deddy mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap kritik tersebut, bahkan menyatakan bahwa ia akan menampar anaknya sendiri jika mengeluh soal rasa makanan.
Pernyataan ini langsung menjadi sorotan, terutama di tengah pentingnya evaluasi terhadap program yang menyangkut banyak pihak.
Pengamat ekonomi dan kebijakan publik dari Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Ahmad Syarif menyatakan bahwa apa yang disampaikan Deddy menunjukkan ketidakpekaan terhadap kondisi masyarakat yang berbeda, terutama di daerah-daerah seperti Kalimantan Timur (Kaltim).
“Pernyataan Deddy ini sangat tidak berdasar. Program MBG menggunakan anggaran APBN, yang sebagian besar berasal dari pajak rakyat. Oleh karena itu, sangat wajar jika masyarakat memberikan kritik, terutama para siswa yang menjadi penerima manfaat langsung. Kritik mereka justru harus dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas program,” ujarnya.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dirancang pemerintah untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan gizi mereka. Namun, implementasi di berbagai wilayah sering kali menghadapi tantangan, salah satunya adalah perbedaan harga bahan pokok yang signifikan antara Pulau Jawa dan wilayah lain, seperti Kaltim.
Ia menyoroti anggaran Rp10 ribu per porsi yang dianggap sangat tidak mencukupi untuk menyediakan makanan sehat, bergizi, dan enak bagi siswa di wilayah seperti Kaltim.
“Harga bahan pokok di Kaltim jauh lebih mahal dibandingkan di Pulau Jawa. Dengan anggaran sebesar itu, sulit untuk menghasilkan makanan berkualitas tinggi yang juga memenuhi kebutuhan gizi siswa,” jelasnya.
Menurut Syarif, kritik dari siswa terhadap program ini harus dipandang sebagai masukan positif, bukan dianggap sebagai keluhan yang tidak perlu. Ia menekankan pentingnya evaluasi terhadap program pemerintah, terutama yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
“Kritik adalah bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung keberhasilan program pemerintah. Jika siswa merasa makanan yang mereka terima tidak enak atau kurang bergizi, itu adalah hak mereka untuk menyampaikan keluhan. Justru keluhan tersebut bisa menjadi bahan evaluasi agar kualitas program terus meningkat,” tegas Syarif.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti kompleksitas kebutuhan makanan bagi siswa yang sangat beragam. Tidak semua siswa memiliki kondisi kesehatan yang sama, dan beberapa di antaranya mungkin memiliki kebutuhan gizi khusus.
“Selain rasa, ada siswa yang mungkin memiliki alergi atau kondisi kesehatan tertentu yang memerlukan perhatian khusus. Pemerintah perlu lebih peka terhadap hal ini agar program MBG benar-benar dapat bermanfaat secara maksimal,” tambahnya.
Pernyataan Deddy Corbuzier yang membandingkan keluhan siswa dengan anaknya sendiri yang terbiasa mendapat makanan kotak dari lokasi syuting juga dianggap tidak relevan. Banyak pihak menilai bahwa pernyataan tersebut mengabaikan realitas yang dihadapi siswa penerima MBG, terutama di daerah-daerah terpencil.
“Deddy adalah seorang figur publik dengan pengaruh besar. Komentarnya harus didasarkan pada empati dan pemahaman terhadap kondisi masyarakat yang berbeda-beda. Membandingkan pengalaman pribadi dengan kondisi masyarakat umum, apalagi yang hidup di wilayah dengan tantangan ekonomi lebih besar, tidaklah tepat,” ungkapnya.
Program MBG merupakan salah satu inisiatif pemerintah untuk mendukung pendidikan dan kesehatan siswa. Namun, keberlanjutannya sangat bergantung pada bagaimana pemerintah menangani kritik dan masukan dari masyarakat.
Terakhir, Syarif berharap pemerintah tidak mengabaikan keluhan siswa, melainkan menjadikannya sebagai peluang untuk memperbaiki program.
“Tujuan utama dari program ini adalah untuk memastikan siswa mendapatkan asupan gizi yang cukup agar mereka dapat belajar dengan baik. Jika kualitas makanan tidak sesuai harapan, maka pemerintah harus melakukan perbaikan,” tutupnya. (SIK)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id