Ekonomi Kuat dan Mobilitas Tinggi Jadikan Kalimantan Timur Pasar Strategis Narkoba, BNN Ingatkan Ancaman Serius

Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur, Brigjen Pol Rudi Hartono. (Foto: Siko/Kaltimetam.id)

Samarinda, Kaltimetam.id – Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan tingginya mobilitas masyarakat menjadikan Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai salah satu wilayah yang dinilai sangat menggiurkan bagi jaringan peredaran narkotika. Kondisi tersebut bukan hanya meningkatkan risiko penyalahgunaan narkoba, tetapi juga mendorong provinsi ini berkembang dari sekadar jalur lintasan menjadi pasar aktif dan strategis bagi sindikat narkotika nasional hingga lintas negara.

Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur, Brigjen Pol Rudi Hartono, menegaskan bahwa kekuatan ekonomi daerah menjadi faktor utama yang menarik perhatian jaringan narkoba untuk menjadikan Kaltim sebagai sasaran utama distribusi.

“Kalimantan Timur ini secara ekonomi sangat kuat. PDRB kita nomor dua nasional setelah Jakarta. Pendapatan per kapita masyarakat tinggi, mobilitas juga tinggi. Kondisi ini yang membuat daerah kita menjadi incaran jaringan narkoba,” ujarnya.

Dengan luas wilayah sekitar 125 ribu kilometer persegi dan jumlah penduduk mendekati empat juta jiwa, Kaltim memiliki karakter geografis yang menantang dari sisi pengawasan. Wilayah yang luas dengan kepadatan penduduk relatif rendah membuka banyak celah bagi pergerakan jaringan narkotika, terlebih di tengah aktivitas ekonomi yang berlangsung hampir tanpa henti.

Kalimantan Timur dikenal sebagai pusat berbagai sektor strategis nasional, mulai dari pertambangan batu bara, perkebunan kelapa sawit, minyak dan gas bumi, hingga proyek-proyek infrastruktur besar. Aktivitas tersebut melibatkan ribuan pekerja dengan pola kerja khusus, seperti sistem shift panjang, kerja di lokasi terpencil, hingga aktivitas lepas pantai.

“Banyak pekerja tambang, sawit, migas, termasuk yang berhari-hari di laut atau di lokasi bor. Mereka memiliki daya beli tinggi dan tingkat kerentanan yang juga tinggi. Ini yang dimanfaatkan oleh jaringan narkoba,” jelas Rudi.

BNNP Kaltim mencatat peredaran narkotika di wilayah ini melibatkan jaringan lintas daerah dengan pola distribusi yang terus berubah. Pasokan narkoba tidak hanya berasal dari dalam provinsi, tetapi juga dari berbagai wilayah lain seperti Aceh, Medan, Pontianak, dan Surabaya, hingga jaringan internasional dari Malaysia dan negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Dalam sejumlah pengungkapan, aparat menemukan berbagai modus penyelundupan, termasuk pemanfaatan jalur darat, laut, hingga logistik proyek. Pergerakan jaringan narkoba dinilai sangat adaptif terhadap tekanan aparat.

“Ditutup di satu titik, mereka langsung pindah. Ditutup di Lambung Mangkurat, muncul di Kota Bangun. Ditutup di Gang Masjid, pindah ke Belibis. Pergerakannya sangat dinamis,” ungkapnya.

Selain faktor ekonomi dan geografis, tingginya mobilitas masyarakat turut mempercepat penyebaran narkotika. Rudi mengibaratkan narkoba sebagai fenomena penularan sosial, di mana satu pengguna dapat memicu munculnya pengguna lain dalam lingkaran pergaulan yang sama.

“Narkotika itu menular. Kalau ada satu pengguna, dia bisa mempengaruhi yang lain. Apalagi kalau daya belinya tinggi, pasar pasti tumbuh,” katanya.

Menghadapi kompleksitas tersebut, BNNP Kaltim menegaskan bahwa pemberantasan narkoba tidak bisa hanya mengandalkan penindakan hukum. Penangkapan dan pengungkapan kasus tetap penting, namun tanpa upaya menekan sisi permintaan, peredaran narkotika akan terus berulang dengan pola yang berbeda.

Karena itu, BNNP Kaltim mengedepankan pendekatan menyeluruh dan berimbang, yang mencakup pencegahan, rehabilitasi, serta penguatan kolaborasi lintas sektor. Kerja sama dilakukan dengan pemerintah daerah, aparat penegak hukum, dunia usaha, tokoh agama, tokoh adat, hingga komunitas masyarakat.

“Kalau hanya menindak tanpa menekan permintaan, ini tidak akan pernah selesai. Kita harus seimbang antara penegakan hukum, pencegahan, dan penyembuhan,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan aktif masyarakat dalam melaporkan indikasi peredaran narkoba di lingkungan sekitar. Dengan luas wilayah dan intensitas aktivitas ekonomi di Kaltim, peran masyarakat dinilai krusial sebagai mata dan telinga negara.

BNNP Kaltim berharap, melalui pendekatan dari hulu hingga hilir, provinsi ini tidak hanya mampu menekan angka peredaran narkoba, tetapi juga membangun ketahanan sosial yang kuat di tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat.

“Kalimantan Timur adalah daerah masa depan. Jangan sampai kemajuan ekonomi dan pembangunan yang kita banggakan justru dirusak oleh narkotika,” pungkasnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Exit mobile version