Samarinda, Kaltimetam.id – Daya beli masyarakat disebut menjadi kunci Pemprov Kalimantan Timur (Kaltim) dalam pengendalian inflasi. Berhasilnya pengendalian inflasi ini pun menjadi fokus pemerintahan Benua Etam dalam menghadapi resesi ekonomi yang diprediksi terjadi pada 2023.
Hal ini dikatakan Sekretaris Daerah (Sekda) Kaltim, Sri Wahyuni. Menurutnya, dalam menghadapi gelapnya perekonomian akibat resesi, pengendalian inflasi menjadi jalannya. Untuk menekan inflasi, daya masyarakat menjadi kuncinya. Pun demikian, pada rantai pasok barang pokok dan penting.
Pengendalian ini mesti membuat harga bahan pokok dan penting terus berjalan stabil. Dipercaya dengan stabilnya harga ini akan mendorong daya beli masyarakat. Sehingga, masyarakat tak kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya.
“Yang penting masyarakat punya daya beli, dan harga barang bisa terjangkau,” ucap mantan Kepala Dinas Pariwisara Kaltim ini.
Dalam pengendalian inflasi di Benua Etam akan melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Rapat koordinasi secara rutin pun turut digelar dalam upaya pengendalian inflasi ini.
Sekadar informasi, sejak 2022, ekonomi global diprediksi akan mengalami resesi pada tahun ini. Prediksi ini dilihat dari adanya penurunan roda perekonomian. Ditandai dengan melemahnya produk domestik bruto (PDB) selama 2 kuartal berturut-turut.
Resesi disinyalir bakal mempengaruhi berbagai aspek. Mulai dari kondisi pasar keuangan yang makin tidak stabil, kontraksi ekonomi, inflasi, hingga stagflasi.
Adanya potensi resesi, diprediksi pula harga produk akan turut meningkat. Begitu pula dengan pendapatan yang kian menurun. Kemungkinan tersebut nantinya mempengaruhi daya beli masyarakat yang kemungkinan besar akan menurun. Jika resesi ekonomi terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, maka dipastikan kehidupan masyarakat akan ikut terganggu. (Dys)