Samarinda, Kaltimetam.id – Di tepian Waduk Benanga, Kelurahan Lempake, tanaman eceng gondok dulunya hanya dipandang sebagai pengganggu perairan. Namun, berkat tangan-tangan terampil para ibu rumah tangga yang tergabung dalam Forum Komunitas Wanita Waduk (FKWW), gulma itu kini bertransformasi menjadi produk kerajinan dengan nilai seni dan pasar yang menjanjikan.
Komunitas yang berdiri sejak 2020 ini awalnya hanya bereksperimen setelah melihat tumpukan eceng gondok yang memenuhi permukaan waduk. Berbekal tutorial dari internet, mereka mencoba membuat anyaman sederhana.
Perlahan, keterampilan itu berkembang hingga mampu menghasilkan aneka produk seperti tas, pot bunga, tempat tisu, hingga wadah sendok. Semua dibuat manual, tanpa bantuan cetakan atau mesin, dan dihias dengan manik-manik atau lapisan pernis agar lebih tahan lama.
“Awalnya cuma penasaran, lihat eceng gondok banyak sekali. Coba bikin, ternyata bisa. Dari situ jadi ketagihan,” ujar Eny, Ketua FKWW, Rabu (13/8/2025).
Perjalanan dari gulma menjadi kerajinan bukan proses singkat. Eceng gondok yang baru diambil harus melewati penjemuran ketat selama dua minggu, tergantung cuaca.
Batang-batangnya disusun rapi agar tidak membusuk, lalu setiap malam dipindahkan ke dalam rumah agar terhindar dari embun. Setelah kering, barulah batang tersebut dipilah dan dianyam sesuai bentuk yang diinginkan.
“Kalau malam masuk rumah, pagi dijemur lagi. Harus disiplin begitu tiap hari,” tambahnya.
Produk buatan FKWW kini sudah sampai ke berbagai kota, dari Samarinda hingga Jakarta. Meski begitu, apresiasi pembeli tak selalu sebanding dengan kerja keras pembuatnya.
“Kadang orang lihatnya biasa saja. Padahal proses awalnya itu yang sulit. Kalau ada rasa seni, pasti paham kalau ini cantik buat hiasan rumah,” ujarnya.
Saat ini, FKWW memiliki 19 anggota, namun yang benar-benar aktif hanya sekitar tujuh hingga delapan orang. Mereka berbagi tugas mulai dari memanen, menjemur, hingga menganyam. Ketersediaan bahan pun tak selalu melimpah, sehingga terkadang mereka harus membeli dari warga sekitar.
“Harganya kalau masih basah satu gulung itu Rp70.000. Kalau sudah kering, setengah gulung isi 50 batang harganya Rp10.000,” jelasnya. (REE)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id