Balikpapan, Kaltimetam.id – Guna melakukan percepatan penurunan stunting di Kalimantan Timur, Gubernur Kaltim Isran Noor meminta jajaran Tim Pendamping Keluarga (TPK) di wilayah Benua Etam untuk bisa lebih aktif dan lebih bersemangat. Menyusul laporan dari Kementerian Kesehatan bahwa angka prevalensi stunting di Kaltim mengalami kenaikan.
Baca berita terkait lainnya: Tekan Angka Stunting Melalui ELSIMIL
Prevalensi Stunting di Kaltim Naik
Isran mengungkapkan dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGi) yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, Kaltim naik 1,3 persen untuk prevalensi stuntingnya.
“Bagaimana ceritanya? Sudah saya amati ini, saya akan lakukan survei ulang ini menggunakan dana APBD. Daerah-daerah yang maju seperti di kota turun, tetapi kenapa di daerah yang jauh seperti Mahakam Ulu meningkat sampai lima poin,” ungka Isran Noor ketika membuka Rapat Kerja Daerah Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Timur, di Ballroom Hotel Gran Senyiur Balikpapan, Jumat (10/3/2023).
Gubernur mengatakan, bahwa dirinya sudah berdiskusi dengan Wakil Gubernur selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kaltim dan Sekda, untuk melakukan survei ulang bekerja sama dengan BPS dan Universitas Mulawarman.
“Mudah-mudahan hasilnya lebih jelek, artinya turun,” terangnya.
Karena, lanjut dia, dari tujuh indikator pembangunan kesejahteraan rakyat, lima indikator sudah di atas rata-rata nasional. Seperti pendapatan per kapita, indeks pembangunan manusia (IPM), gini rasio, tingkat kemiskinan dan angka harapan hidup.
“Untuk kemiskinan ekstrem dan stunting kok tambah naik, bukan tidak percaya tapi ini harus diperdalam,” tegasnya.
Baca berita terkati lainnya: Kasus Kekerasanan Perempuan dan Anak di Kaltim Mengkhawatirkan
Apresiasi Kinerja TPK yang Aktif Menanggulangi Stunting di Kaltim
Gubernur Isran menyebut TPK merupakan ujung tombak dari program percepatan penurunan stunting. Karena bersinggungan langsung dengan keluarga, melalui penyuluhan, memfasilitasi pelayanan rujukan dan memfasilitasi pemberian bantuan sosial serta melakukan surveilans kepada sasaran keluarga berisiko stunting.
“Terima kasih banyak. Kalian semua di lapangan itu adalah pahlawan-pahlawan pembangunan,” tegasnya penuh semangat.
“Ibu lapor dengan camatnya, lapor dengan bupatinya. Ibu bersama dengan kawan-kawan di TPK harus aktif dan lebih bersemangat lagi dalam melakukan upaya-upaya pencegahan dan penurunan stunting,” pinta Gubernur Isran.
Dukung Wacana Survei Ulang
Sebelumnya, Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo mengatakan, terkait hasil SSGi dari Kementerian Kesehatan di mana-mana banyak yang tidak cocok dengan data e-PPGBM (elektronik-Pencatatan Pelapran Gizi Berbasis Masyarakat) milik BKKBN RI.
“Pak gubernur sudah sangat tepat karena ingin mengadakan survei lagi di wilayah Kaltim. Kalau bisa jumlah sampel lebih banyak dan alat ukur Kemenkes dan metode surveinya disamakan dengan SSGI, jadi hasilnya ini akan sama dengan Kemenkes dan diakui perguruan tinggi, karena akan melibatkan perguruan tinggi dan BPS,” ujar Bupati Kulon Progo periode 2011-2016 dan 2016-2019 ini, sembari menyebut bahwa derajat kesehatan di Kaltim sudah sangat baik berdasarkan data dari BPS RI.
Hasto berpesan agar kepala daerah baik di level provinsi (gubernur) dan kabupaten/kota (bupati/wali kota) agar dalam melakukan percepatan penurunan stunting di wilayahnya, untuk segera menggerakkan TPK di Kaltim yang jumlahnya sekitar 5.964 orang (1.988 TPK) tersebar di 10 kabupaten/kota se Kaltim.
“Kami titip program penurunan stunting ini di 1000 hari pertama kehidupan (HPK), dengan menggerakkan dan memberdayakan TPK di daerah masing-masing. Kan dananya sudah diturunkan ke masing-masing kabupaten/kota, jangan ditunda-tunda lagi. Segera lakukan pelatihan bagi TPK,” pesan Hasto.
Jaga 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk Anak
Selain itu dia mengingatkan pentingnya 1000 hari pertama kehidupan (HPK) untuk anak. Karena pondasi utama kehidupan manusia di masa depan dapat dipengaruhi oleh pengasuhan pada 1000 HPK, yang dimulai sejak awal konsepsi atau selama 270 hari masa kehamilan serta 730 hari setelah lahir (hingga anak berusia 2 tahun).
Pada periode tersebut, terjadi perkembangan otak, sistem metabolisme tubuh dan pembentukan sistem kekebalan tubuh yang begitu cepat, apabila pada masa itu terlewati dan anak terlanjur stunting akan sangat sulit terkoreksi
“Di sinilah pentingnya tugas dari TPK yang terdiri dari berbagai macam unsur. TPK lah aktor penting dari penyelesaian masalah stunting di Indonesia. Untuk itu Pemda harus memberikan perhatian lebih bagi mereka, terutama terkait honor jangan sampai terlambat,” pesan Hasto. (RTA)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id
Baca berita terkait lainnya: PeduliLindungi Resmi Berubah Menjadi SATUSEHAT