Tekan Angka Stunting Melalui ELSIMIL

Aplikasi ELSIMIL untuk mencegah angka stunting
Ilustrtasi aplikasi ELSIMIL (Dok BKKBN)

Samarinda, Kaltimetam.id – Upaya tekan angka stunting terus dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kaltim. Salah satu caranya melalui pengembangan aplikasi elektronik siap nikah dan hamil (ELSIMIL). Melalui aplikasi ini diharapkan dapat mendeteksi calon pengantin yang berisiko memiliki anak stunting sejak masa pranikah.

Plh Kepala BKKBN Kaltim, Al Khafid Hidayat mengatakan, ELSIMIL merupakan salah satu langkah yang dilakukan mencegah tingginya angka stunting. Untuk diketahui, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting mengalami kebaikan dari 22,8 persen pada 2021 lalu menjadi 23,9 persen pada 2022. Melihat angka stunting yang mengalami peningkatan, Pemprov Kaltim menargetkan, penurunan kasus balita stunting, sebesar 4,95 persen setiap tahun. Salah satu strategi yang dilakukan melalui penggunaan aplikasi ELSIMIL.

”Ini salah satu strategi dalam upaya penurunan angka stunting. Pencegahan yang dilakukan dimulai mulai dari hulu. Sesuai targetnya yang turut menyasar calon pengantin atau mempelai dengan cara melakukan skrining,” kata dia kepada Kaltimetam.id, Sabtu (25/2/2023).

Baca berita terkait lainnya: Makmur Idaman, Program Andalan Kukar Jadi Lumbung Pangan IKN

Pantau Kesehatan Cegah Peningkatan Angka Stunting

Dari hasil skrining awal yang dilakukan ini, nantinya akan diketahui calon mempelai sudah siap dalam berumah tangga, dan segera memiliki keturunan. Hasil skrining juga akan terdata dalam ELSIMIL.

Skrining awal calon pengantin dilakukan melalui kuisioner pada aplikasi. Tiga bulan sebelum pernikahan, calon pengantin diimbau untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan memasukkan data hasil pemeriksaan ke dalam kuisioner. Adapun data yang dimasukkan adalah usia, dan status gizi. Mulai dari berat badan, tinggi badan, ukuran lingkar lengan dan perut, kadar hemoglobin (Hb), dan perilaku merokok.

Plh Kepala BKKBN Kaltim, Al Khafid Hidayat. (Kaltimetam.id)

Dari data ini, Tim Pendamping Kesehatan (TPK) yang terdiri dari PKK, kader KB, dan tenaga kesehatan dapat mendeteksi calon pengantin dengan faktor risiko stunting. Lalu, TPK memberikan intervensi yang direkomendasikan sesuai kebutuhan, serta memonitor status gizi calon pengantin demi mempersiapkan kehamilan yang sehat.

“Jadi dari hasil skrining calon pengantin ini akan diketahui hasilnya apakah layak menikah dan hamil,” sebutnya.

Bukan Menghalangi Pernikahan

Khafid menegaskan, ELSIMIL bukan penghalang untuk membina rumah tangga bagi calon pengantin, meskipun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. ELSIMIL hanya ditujukan sebagai rekomendasi kesehatan, khususnya dalam hal mencegah terjadinya stunting pada bayi.

“Ini bukan penghalang atau larangan jika tidak memenuhi kreteria ideal menikah atau hamil. Ini hanya sebagai salah satu warning apabila calon pengantin blum memiliki kriteria hamil maka bisa ditunda dulu. ELSIMIL ini hanya jadi skrining awal untuk dapat hamil dan diharapkan anaknya tidak stunting,” jelasnya.

Selain calon pengantin, ELSIMIL juga ditargetkan untuk kelompok sasaran remaja karena kelak akan menjadi calon pengantin. Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. BKKBN ditugaskan sebagai ketua pelaksana.

Baca berita terkait lainnya: Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Kaltim Kian Mengkhawatirkan

Perhatikan Fase Kesehatan sejak Sebelum Menikah

Wakil Gubernur Hadi Mulyadi, yang juga menjabat Sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kaltim ini mengatakan, jika upaya penurunan angka stunting saat ini gencar dilakukan di setiap daerah.

“Kita saat ini masih bekerja karas dalam upaya menekan dan penanggulangan stunting di Kaltim, dan saat ini masih terus berjalan,” sebutnya.

Ada tiga segmen yang menjadi fokus dalam pencegahan stunting Pemprov Kaltim. Pertama, ketika masa pranikah yang sasarannya remaja dan calon pengantin. Nantinya sebelum menikah akan dilakukan skrining awal untuk mengetahui kesiapan kehamilan. Kedua, pada ibu hamil atau ketika calon bayi dalam masa kandungan. Terakhir, berfokus anak atau bayi pada seribu hari pertama pasca-persalinan.

“Pertama memang berfokus pada remaja untuk diskrining sebelum menikah, apakah memang sudah siap nikah dan siap hamil. Ada yang sudah siap nikah tapi belum siap hamil karena fisiknya yang tidak memadai. Lalu saat hamil, dan anak pada seribu hari umur pertama yang harus memperhatikan nutrisi dan gizi. Tiga segmen ini harus diperhatikan untuk mencegah stunting,” beber Hadi.

Hadi juga berpesan kepada masyarakat, khususnya perempuan dapat memperhatikan tiga segmen pencegahan stunting tersebut. Sebab, dari tiga langkah ini, merupakan cara untuk mencegah terjadinya stunting pada bayi dari hulu hingga hilir.

Hal ini menjadi cara untuk cara untuk menekan angka stunting di Kaltim dan mewujudkan Indonesia emas 2045. “Saya menghimbau ke masyarakat untuk perhatikan tiga segmen ini untuk mencegah terjadinya stunting pada anak di Kaltim,” tutup dia. (DAD/RTA)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Baca berita terkait lainnya: Tenaga Honorer Bisa Bernapas Lega, Pemerintah Pusat Coba Cari Jalan Tengah

Exit mobile version