Samarinda, Kaltimetam.id – Bank Indonesia (BI) mencatat Kaltim mengalami inflasi di penghujung tahun 2022. Kendati demikian, diklaim tetap terkendali dikarenakan masih di bawah inflasi nasional. Inflasi ini juga di bawah rata-rat inflasi Desember pada tahun-tahun sebelumnya.
Menukil data Badan Pusat Statistik, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kaltim periode Desember 2022 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,23% (month-to-month/mtm) atau 5,35 persen (year-on-year/yoy). Jumlah itu dinilai lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat 0,66 persen (mtm) atau 5,51 persen (yoy). Lebih rendah ketimbang inflasi periode Desember di tahun sebelumnya.
Jika berdasarkan kelompok pengeluarannya, peningkatan inflasi ini disebabkan peningkatan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau. Kelompok ini inflasi sebesar 0,54% (mtm), meningkat dari bulan sebelumnya dengan capaian inflasi 0,05% (mtm). Peningkatan harga utamanya terjadi pada komoditas cabai rawit, beras, tomat, dan telur ayam ras. Peningkatan harga pada komoditas harga pangan seiring dengan tingginya permintaan untuk menyambut Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Selain itu, peningkatan harga pangan khususnya komoditas hortikultura didorong oleh seasonal curah hujan yang tinggi dan selesainya puncak panen.
“Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami peningkatan harga, namun tidak setinggi prediksi sebelumnya. “Selain itu, peningkatan harga pangan khususnya komoditas hortikultura didorong oleh seasonal (musiman) curah hujan yang tinggi dan selesainya puncak panen,” kata Kepala Kantor Perwakilan BI Kaltim, Ricky Perdana Gozali siaran pers resmi, Senin (2/1/2023).
Tekanan inflasi dari kelompok tersebut tertahan di tengah deflasi kelompok transportasi. Tertahan oleh penurunan harga pada kelompok transportasi. Sektor ini mengalami deflasi sebesar 0,13 persen (mtm), lebih dalam dibandingkan deflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,07 persen (mtm).
“Penurunan harga tersebut disebabkan oleh pembukaan beberapa rute penerbangan dari dan ke daerah Kalimantan Timur. Selain itu, capaian deflasi kelompok transportasi juga dikarenakan normalisasi dampak lanjutan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap beberapa komoditas pada kelompok transportasi,” terangnya, dikutip dari siaran pers yang diterima Kaltimetam.id.
Dalam mengantisipasi inflasi, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Kaltim terus berupaya melakukan langkah-langkah strategis. Terutama pada komoditas pangan melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
“Wujud nyata dari program itu adalah sinergi TPID di wilayah Kaltim sepanjang 2022 dengan menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi melalui realisasi Kerjasama Antar Daerah dan subsidi ongkos angkut untuk berbagai komoditas pangan strategis,” ucapnya.
Terkait keterjangkauan harga, operasi pasar dan pasar murah juga dilaksanakan selama Desember 2020 lalu. Dilaksanakan TPID Provinsi Kaltim maupun oleh TPID kabupaten/kota secara serentak maupun mandiri. Ditambah, adanya penyerahan bantuan sosial dan pelepasan operasi pasar sebagai bentuk realisasi Dana Transfer Umum (DTU) senilai Rp 40 miliar.
Memperkuat komunikasi efektif juga terus digencarkan BI. seperti menggelar koordinasi high level, koordinasi teknis, serta sosialisasi dan implementasi gerakan tanam cabai di pekarangan kepada masyarakat Kaltim.
“Penguatan komunikasi efektif juga terus digencarkan antara lain melalui koordinasi high level, koordinasi teknis, serta sosialisasi dan implementasi gerakan tanam cabai di pekarangan kepada masyarakat Kaltim. Inflasi yang terkendali diharapkan mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur menuju masyarakat yang sejahtera,” tutupnya. (Dys/Dra)