Uji Pondasi Terowongan Samarinda Bikin Rumah Warga Retak, Pengamat: Akurasi Perencanaan dan Amdal Dipertanyakan

Pengamat Kebijakan Publik Saipul Bachtiar. (Foto: Siko/Kaltimetam.id)

Samarinda, Kaltimetam.id – Suasana di Kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir, Rabu (15/10/2025) malam, berubah mencekam. Warga sekitar megaproyek terowongan yang sedang menjalani uji fondasi dibuat panik oleh getaran kuat yang mengguncang rumah mereka. Tak hanya menimbulkan rasa takut, getaran tersebut juga menyebabkan sejumlah rumah warga mengalami retakan di dinding hingga pergeseran pada tiang bangunan.

Beberapa warga bahkan melaporkan adanya batu dan material kecil yang jatuh dari sisi proyek, menambah kekhawatiran akan potensi bahaya yang lebih besar jika aktivitas uji fondasi terus dilanjutkan.

Menanggapi keluhan warga, Pengamat Kebijakan Publik Saipul Bachtiar menilai bahwa insiden tersebut menunjukkan lemahnya perencanaan teknis dalam pelaksanaan proyek strategis itu. Ia menegaskan, selama proyek belum diserahterimakan kepada Pemerintah Kota Samarinda, tanggung jawab penuh masih berada di pihak kontraktor.

“Ketika proyek tersebut belum serah terima kepada Pemkot, maka penanggung jawabnya adalah para kontraktor. Saya mempertanyakan sejauh mana Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) proyek ini dijalankan sejak awal. Mestinya Amdal sudah memastikan bahwa kegiatan pembangunan tidak menimbulkan risiko bagi warga sekitar,” ujarnya.

Saipul menambahkan, dampak yang muncul saat ini seharusnya menjadi peringatan keras bagi pihak pelaksana proyek untuk segera menghentikan sementara kegiatan dan melakukan evaluasi menyeluruh.

“Kalau sudah ada rumah warga yang terdampak, bahkan membahayakan penghuninya, maka sebaiknya proyek dihentikan sementara waktu. Pastikan dulu tidak ada lagi getaran yang bisa merusak rumah dan mengancam keselamatan warga,” tegasnya.

Lebih jauh, Saipul menilai bahwa kejadian tersebut mencerminkan adanya kekurangan akurasi dalam perencanaan proyek. Menurutnya, studi teknis yang dilakukan sejak awal seharusnya mampu memprediksi risiko getaran dan dampak terhadap struktur bangunan di sekitar lokasi pekerjaan.

“Saya melihat ini ada kekurangan akuratan dalam perencanaannya. Akurasi teknisnya kurang tepat, sehingga berdampak seperti yang terjadi tadi malam. Ini sangat berisiko jika dibiarkan. Maka mestinya dihentikan dulu sementara sambil memastikan bahwa kondisi sudah benar-benar aman,” kata Saipul.

Ia menegaskan, proyek terowongan yang berada di bawah permukiman padat seperti di Sungai Dama harus melalui perhitungan matang, baik dari aspek geoteknik, pergerakan tanah, hingga keamanan sosial.

“Kalau dibiarkan terus berjalan tanpa koreksi, akibatnya bisa fatal,” tambahnya.

Saipul mengakui bahwa uji fondasi merupakan bagian dari Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap proyek infrastruktur besar. Namun, hasil uji yang menimbulkan gangguan bagi warga harus menjadi bahan evaluasi serius.

“Uji pondasi itu memang bagian dari SOP sebelum digunakan secara umum. Tapi ketika uji coba justru menimbulkan retakan rumah dan rasa tidak aman, itu artinya ada yang salah. Masalahnya harus diselesaikan dulu, baru proyek bisa dilanjutkan,” jelasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya pengawasan pemerintah terhadap pelaksanaan uji teknis agar tidak hanya berorientasi pada penyelesaian proyek, tetapi juga keselamatan publik.

Dalam kesempatan yang sama, Saipul mendesak Pemerintah Kota Samarinda untuk segera turun langsung meninjau lokasi proyek. Sebagai pihak pemilik proyek, pemerintah dianggap memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan semua kegiatan konstruksi berjalan aman dan sesuai regulasi.

“Pemkot sebagai user dari proyek ini harus turun langsung. Minimal wali kota atau pejabat terkait datang ke lapangan untuk melihat kondisi riil. Kalau terbukti membahayakan, ya hentikan dulu sampai ada mitigasi dan jaminan keselamatan,” ucapnya.

Menurutnya, sikap cepat dan tegas dari pemerintah akan memberikan rasa tenang bagi masyarakat sekaligus menunjukkan bahwa aspek keselamatan publik menjadi prioritas utama.

Saipul menilai, insiden ini menjadi momentum penting untuk mengevaluasi kembali penerapan Amdal pada proyek-proyek besar di Samarinda. Ia menegaskan perlunya audit independen terhadap dokumen dan implementasi Amdal yang digunakan dalam pembangunan terowongan tersebut.

“Audit Amdal perlu dilakukan ulang. Jangan hanya administrasi di atas kertas. Harus dipastikan bahwa metode kerja dan alat yang digunakan sesuai dengan standar keselamatan lingkungan,” katanya.

Ia menekankan bahwa proyek sebesar ini harus dijalankan dengan prinsip kehati-hatian tinggi.

“Jangan sampai proyek yang bertujuan memperlancar mobilitas malah menjadi ancaman bagi keselamatan warga yang tinggal di atasnya,” pungkasnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id