Samarinda, Kaltimetam.id – Sepekan lebih setelah kasus pelarian 15 tahanan dari sel Polsek Samarinda Kota yang menghebohkan publik, kepolisian kini berhasil mengungkap fakta baru yang diyakini menjadi salah satu pemicu aksi nekat tersebut.
Dari hasil pemeriksaan mendalam, terungkap bahwa sebagian tahanan mengaku tidak memiliki niat kabur, namun dipaksa oleh salah satu otak pelarian yang dikenal berwatak keras bernama Melang.
Pelarian tersebut terjadi pada Minggu, 19 Oktober 2025, dengan cara yang tidak biasa yaitu para tahanan melubangi kloset dalam sel tahanan, kemudian merangkak melalui saluran menuju ruang sempit di bagian belakang bangunan, sebelum akhirnya menyelinap keluar tanpa diketahui petugas. Cara yang rumit itu diduga sudah direncanakan matang oleh kelompok inti pelarian.
Dalam kesaksian yang disampaikan salah satu tahanan, beberapa tahanan mengakui bahwa mereka tidak punya pilihan lain ketika Melang mengancam akan menyerang siapa pun yang menolak rencana pelarian tersebut.
“Saya takut. Dia (Melang) marah dan bilang kalau tidak ikut keluar, saya akan diancam di dalam sel. Jadi saya ikut saja karena takut,” tutur salah satu tahanan dengan suara pelan.
Tekanan itu dilakukan sebelum kloset berhasil dilubangi dan pelarian dieksekusi secara bergantian. Kepolisian menduga bahwa tindakan memaksa seluruh penghuni sel untuk kabur dilakukan agar pelarian tampak natural dan tidak menimbulkan kecurigaan petugas jaga terhadap mereka yang tetap tinggal.
Dari informasi yang dihimpun, setelah berhasil keluar dari sel, para tahanan berpencar dan bersembunyi di berbagai wilayah. Sebagian besar tertangkap kembali di Samarinda dan Kutai Kartanegara, namun ada pula yang kabur hingga ke luar Kalimantan Timur.
Yohanes, salah satu tahanan yang berhasil keluar pertama kali dari lubang kloset, mengaku melarikan diri hingga ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ia berharap keberadaannya bisa lebih sulit dilacak karena memiliki banyak kerabat di sana.
“Saya kabur ke Palangkaraya karena banyak keluarga di sana. Tidak ada niat melakukan tindak kriminal lagi, saya hanya takut dan bingung mau ke mana,” ujarnya.
Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Hendri Umar, menegaskan bahwa setiap keterangan para tahanan saat ini tengah dianalisis mendalam untuk mengetahui struktur perencanaan aksi pelarian tersebut.
“Memang ada yang mengaku terpaksa ikut kabur karena tekanan dari salah satu perencana utama. Pengakuan ini menjadi tambahan informasi yang tentu akan kami dalami lebih lanjut,” jelas Hendri.
Hendri menambahkan, sekalipun ada unsur pemaksaan, seluruh tahanan tetap akan dikenakan sanksi tambahan karena telah melarikan diri dari tahanan negara. Namun, pihaknya juga akan memberikan penilaian berbeda terhadap mereka yang dipaksa ikut kabur dan tidak memiliki peran signifikan dalam perencanaan.
“Kami tetap akan objektif. Peran setiap tahanan dalam aksi pelarian ini akan kami pisahkan secara jelas agar penegakan hukum berjalan adil,” tegasnya.
Kasus pelarian ini juga menjadi titik evaluasi besar bagi jajaran kepolisian, terutama terkait kondisi sarana pengamanan di ruang tahanan. Polisi memastikan proses audit keamanan telah dilakukan, termasuk perbaikan pada bagian sel yang menjadi jalur pelarian.
“Standar pengamanan sel harus ditingkatkan, terutama pengecekan struktural dan pengawasan kamera,” pungkasnya. (SIK)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id
