SMKN 10 Samarinda Bangun Mobil Listrik Mandiri, Kolaborasi Tiga Jurusan Jawab Tantangan Teknologi Masa Depan

Mobil listrik karya inovasi siswa SMKN 10 Samarinda. (Foto: Siko/Kaltimetam.id)

Samarinda, Kaltimetam.id – Di tengah dorongan pemerintah untuk mempercepat transisi menuju energi bersih dan transportasi rendah emisi, langkah berbeda datang dari dunia pendidikan vokasi. SMKN 10 Samarinda, sebuah sekolah kejuruan di Kalimantan Timur, tengah mengembangkan prototipe mobil listrik hasil karya siswa dan guru lintas jurusan, tanpa sokongan dana atau mitra industri.

Proyek mobil listrik ini melibatkan tiga jurusan utama, yaitu Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Teknik Bodi Otomotif (TBO), dan Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Masing-masing jurusan berperan sesuai keahlian yaitu TKR menangani sistem mekanik dan penggerak, TBO merancang dan membentuk bodi kendaraan, sementara TKJ bertanggung jawab pada pengembangan sistem kelistrikan dan kontrol digital.

Kepala SMKN 10 Samarinda, Maryono, menyampaikan bahwa ide pengembangan mobil listrik mulai digagas pada Oktober 2023, sesaat setelah dirinya resmi menjabat.

“Ranah pendidikan itu bukan hanya soal edukasi, tapi juga pelayanan publik, dan yang penting adalah inovasi,” tegasnya.

Ia menilai, sekolah vokasi harus bergerak lebih cepat mengikuti perkembangan industri, terutama saat dunia otomotif mengarah ke era elektrifikasi. Karena itu, proyek ini bukan sekadar tugas praktik, melainkan sarana untuk membangun budaya riset dan kolaborasi antarsiswa.

Prototipe yang kini tengah dikembangkan seluruhnya dibuat dengan kemampuan internal sekolah. Tidak ada pendanaan dari perusahaan otomotif, tidak ada suplai suku cadang dari pihak swasta. Semua komponen dibeli dan dirakit sesuai kemampuan sekolah.

Saat ini, sumber tenaga kendaraan masih mengandalkan aki kering 50 ampere, yang menjadi salah satu keterbatasan utama.

“Target kami berikutnya adalah migrasi ke baterai lithium 300–400 ampere, agar jarak tempuh lebih jauh dan efisiensi energi meningkat,” jelasnya.

Setelah sektor baterai selesai ditingkatkan, tahap berikutnya adalah pengembangan kecepatan motor listrik untuk mendekati spesifikasi kendaraan listrik komersial.

Maryono mengakui bahwa membangun kendaraan listrik bukan proyek murah. Sementara anggaran sekolah yang sebagian besar berasal dari dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) harus tetap diprioritaskan untuk kebutuhan siswa sehari-hari.

“Fungsi inti sekolah tetap pendidikan. Jadi kami harus pandai mengelola apa yang ada,” ujarnya.

Tantangan lain adalah ruang bengkel yang saat ini masih dipakai untuk tiga fungsi sekaligus yaitu praktik pembelajaran, layanan servis publik (teaching factory), dan ruang pengembangan inovasi.

Meski begitu, keterbatasan tersebut justru menjadi motivasi. Sekolah berharap adanya dukungan eksternal, terutama dari industri melalui skema CSR, pemerintah daerah, atau kampus teknik untuk tahap pengembangan lanjutan.

“Kalau ada kolaborasi, produk anak-anak ini bisa dikembangkan sampai siap dipatenkan,” harapnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Exit mobile version