SMAN 4 Samarinda Akan Dibangun Ulang, Darlis Tekankan Desain Panggung dan Pelestarian Kawasan Resapan

Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, Darlis Pattalongi. (Foto: Istimewa)

Samarinda, Kaltimetam.id – Sekretaris Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, HM Darlis Pattalongi, menegaskan perlunya langkah serius dalam membenahi kondisi SMA Negeri 4 Samarinda yang terletak di Jalan KH Harun Nafsi, kawasan Rapak Dalam, Samarinda Seberang. Ia menyatakan bahwa sekolah tersebut perlu dibangun ulang secara total menyusul kerusakan bangunan akibat usia yang telah mencapai hampir 40 tahun serta seringnya kawasan sekolah dilanda banjir.

“Kondisi SMAN 4 memang sudah tidak memungkinkan lagi untuk terus digunakan tanpa penanganan serius. Setiap musim hujan, sekolah ini nyaris selalu terendam. Saya tahu persis karena saya alumni, Ketua Komite, dan juga warga yang tinggal tak jauh dari sekolah itu,” ujar Darlis.

Menurutnya, SMAN 4 dibangun di atas lahan rawa yang sejak awal merupakan daerah penampungan air atau casement area. Dengan pertambahan penduduk dan pembangunan kawasan permukiman di sekitarnya, daya tampung air alami mulai terganggu dan menyebabkan banjir semakin sering dan parah.

“Lahan itu dulunya rawa, daerah resapan. Jadi wajar kalau sekarang sering tergenang. Tapi justru karena itu kita tidak boleh sembarangan membangun. Tidak bisa lagi pakai pola lama yang menimbun tanah, karena itu malah memperparah banjir,” katanya.

Darlis telah melakukan komunikasi langsung dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalimantan Timur untuk menyampaikan gagasannya terkait pembangunan ulang. Menurutnya, sudah ada kesepahaman awal bahwa pada tahun 2025 akan dilakukan perencanaan teknis, dan pembangunan fisiknya akan dimulai pada tahun 2026.

Namun ia menekankan bahwa desain pembangunan yang akan dilakukan tidak boleh menggunakan metode konvensional seperti penimbunan lahan. Sebaliknya, ia mengusulkan agar SMAN 4 dibangun dengan model panggung di atas tiang-tiang, sehingga air tetap bisa mengalir di bawah bangunan dan fungsi daerah resapan tetap terjaga.

“Bangunan panggung ini bukan sekadar solusi teknis, tapi juga penghormatan terhadap kearifan lokal. Rumah-rumah di Kalimantan dulu rata-rata rumah panggung, karena memang tanahnya rawa. Kita harus kembali kepada cara berpikir yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan,” ungkap Darlis.

Selain menjaga fungsi hidrologis kawasan, Darlis juga menilai bahwa pendekatan bangunan panggung akan membuat sekolah lebih tahan terhadap dampak jangka panjang perubahan iklim dan genangan air. Meskipun biaya pembangunannya kemungkinan sedikit lebih tinggi, ia meyakini hal itu jauh lebih hemat dibandingkan perbaikan terus-menerus akibat banjir.

“Kalau kita bangun pakai cara lama, lalu lima tahun banjir, rusak, lalu bangun lagi, itu jauh lebih mahal. Jadi justru pendekatan yang ramah lingkungan itu lebih ekonomis dalam jangka panjang,” tegasnya.

Ia juga menyatakan bahwa selama proses pembangunan ulang berlangsung, kegiatan belajar mengajar tetap bisa dilakukan dengan memanfaatkan beberapa lokasi sementara. Sejumlah opsi yang dipertimbangkan antara lain Kampus Yayasan Melati di Jalan HAMM Rifadin, fasilitas SKOI di Palaran, serta beberapa ruang kelas kosong di sekolah lain di Samarinda Seberang.

“Solusi sementara sudah dipikirkan. Yang penting tidak ada gangguan terhadap proses belajar siswa. Kita ingin pembenahan ini berjalan lancar, tapi juga manusiawi dan terencana,” kata Darlis.

Lebih jauh, ia berharap bahwa pembangunan ulang SMAN 4 dengan desain panggung dapat menjadi contoh bagi bangunan publik lain di Samarinda. Ia mengajak semua pemangku kepentingan agar menjadikan pendekatan ini sebagai prototipe pembangunan di daerah-daerah rawan banjir.

“Mindset pembangunan kita harus berubah. Selama ini selalu berpikir bangun berarti menimbun. Itu harus diakhiri. Kita harus mulai bangun ke atas, bukan ke dalam tanah. Biarkan air tetap punya tempat mengalir,” ucapnya.

Ia menekankan bahwa pembangunan sekolah atau fasilitas publik harus selaras dengan kondisi geografis lokal, bukan sekadar mengikuti tren modernitas. “Kalau kita terlalu ikut arus modern tanpa memahami kondisi alam kita, ya seperti sekarang: banjir makin parah, kerusakan makin sering. Padahal leluhur kita sudah punya caranya: bangun rumah panggung,” tegas Darlis.

Terakhir, Darlis menyampaikan optimismenya bahwa jika komitmen dari pemerintah dan masyarakat tetap kuat, maka pembangunan ulang SMAN 4 bukan hanya akan memperbaiki kualitas pendidikan, tapi juga menjadi tonggak perubahan pola pembangunan yang lebih bijak, adaptif, dan berkelanjutan di Samarinda. (Adv/DPRDKaltim/SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Exit mobile version