Satlantas Samarinda Edukasi Pelajar Lewat PKS dan Pocil, Tekan Risiko Kecelakaan Sejak Dini

Satlantas Polresta Samarinda edukasi para pelajar dalam keselamatan lalulintas melalui Patroli Keamanan Sekolah (PKS). (Foto: Istimewa)

Samarinda, Kaltimetam.id – Tingginya angka kecelakaan lalu lintas di Kota Samarinda yang melibatkan kalangan pelajar dan mahasiswa memunculkan keprihatinan serius dari berbagai pihak. Berdasarkan data Satlantas Polresta Samarinda, sepanjang 2023 hingga 2025 tercatat 1.332 kasus kecelakaan dengan korban berasal dari kelompok usia pelajar hingga mahasiswa.

Angka tersebut mencerminkan bahwa kesadaran berkendara aman di kalangan generasi muda masih rendah. Di tengah kondisi itu, kepolisian pun berupaya mencari langkah solutif yang tidak hanya menindak, tetapi juga mendidik sejak dini.

Salah satu langkah nyata dilakukan Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polresta Samarinda dengan memperkuat Program Patroli Keamanan Sekolah (PKS). Program ini dirancang untuk melibatkan para siswa secara langsung dalam kegiatan pengaturan dan pengawasan lalu lintas di lingkungan sekolah.

Kanit Kamsel Satlantas Polresta Samarinda, Iptu Ratna Handayani, menjelaskan bahwa program PKS telah dijalankan selama satu tahun terakhir di tingkat SMP dan kini tengah diperluas ke SMA. Setiap sekolah mengirimkan lima siswa pilihan untuk dilatih dasar-dasar kedisiplinan, etika berlalu lintas, serta keterampilan membantu petugas keamanan sekolah.

“Untuk SMP, program PKS sudah berjalan sekitar satu tahun. Beberapa sekolah yang aktif di antaranya SMPN 10, SMPN 8, SMPN 1, dan SMPN 3. Ke depan, kami berencana merekrut juga PKS di tingkat SMA,” jelasnya.

Tugas utama para anggota PKS adalah membantu mengatur arus lalu lintas di depan sekolah, terutama pada jam-jam sibuk. Mereka juga mendampingi teman-teman sebayanya menyeberang jalan dengan aman, serta menjadi contoh disiplin berlalu lintas di lingkungannya.

Ratna menegaskan bahwa program ini bukan sekadar kegiatan seremonial atau simbolik. Kehadiran pelajar dalam menjaga ketertiban lalu lintas terbukti memberi efek positif, baik terhadap lingkungan sekolah maupun perilaku para siswa sendiri.

“Keterlibatan pelajar dalam PKS ini membantu membentuk karakter disiplin sejak dini. Mereka tidak hanya belajar teori, tapi juga langsung praktik di lapangan,” ujar Ratna.

Meski demikian, tantangan besar masih dihadapi aparat kepolisian. Salah satu fenomena yang paling sering ditemukan adalah pelajar SMA yang berkendara tanpa memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

Menurut Ratna, mayoritas siswa SMA kelas 1 dan 2 belum memiliki KTP, sehingga secara hukum belum memenuhi syarat untuk mendapatkan SIM. Namun, kenyataannya banyak di antara mereka yang sudah mengendarai motor ke sekolah setiap hari.

“Anak kelas 1 dan 2 SMA jelas belum punya KTP, jadi otomatis tidak bisa membuat SIM. Hanya sebagian kecil siswa kelas 3 yang sudah cukup umur. Ini yang sangat rawan,” tegasnya.

Daripada menempuh pendekatan represif dengan menilang, Satlantas lebih memilih jalur edukatif dan persuasif. Petugas secara rutin mendatangi sekolah-sekolah untuk memberikan sosialisasi tentang bahaya berkendara tanpa izin resmi.

“Banyak orang tua yang karena kesibukan akhirnya membiarkan anaknya membawa motor. Padahal risikonya sangat besar, apalagi di jalan raya Samarinda yang padat,” lanjutnya.

Menurutnya, pendidikan berlalu lintas tidak hanya menjadi tanggung jawab polisi, tetapi juga peran penting orang tua dan pihak sekolah. Ketiganya perlu berjalan bersama untuk membentuk kesadaran kolektif tentang pentingnya keselamatan di jalan raya.

Selain PKS, Satlantas Polresta Samarinda juga menjalankan Program Polisi Cilik (Pocil) yang kini sudah memasuki angkatan ketiga. Program ini menargetkan siswa sekolah dasar untuk menanamkan nilai-nilai disiplin, tanggung jawab, dan keselamatan sejak usia dini.

Melalui kegiatan baris-berbaris, pelatihan tertib lalu lintas, serta simulasi penyeberangan, anak-anak diperkenalkan pada peran polisi dan pentingnya kepatuhan terhadap aturan. Ratna menilai, pembentukan karakter sejak usia SD merupakan investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi yang lebih sadar keselamatan.

“Anak-anak yang tergabung dalam Pocil biasanya membawa perubahan di rumah dan sekolah. Mereka jadi pengingat bagi teman-temannya agar pakai helm, menyeberang di zebra cross, atau tidak bermain di jalan,” tuturnya.

Program Pocil ini juga mendapat dukungan penuh dari sekolah-sekolah, karena dinilai mampu membentuk kepribadian siswa yang disiplin, percaya diri, dan peka terhadap keselamatan diri serta lingkungan.

Berbagai program edukasi ini diharapkan mampu menekan angka kecelakaan pelajar di Samarinda dalam beberapa tahun ke depan. Meski belum bisa menunjukkan penurunan signifikan secara statistik, kepolisian menilai pendekatan pembinaan jangka panjang jauh lebih efektif dibandingkan sekadar tindakan hukum.

“Harapannya, kesadaran ini bisa tumbuh di semua kalangan, mulai dari anak-anak, orang tua, hingga pihak sekolah. Karena keselamatan bukan hanya soal aturan, tapi tentang bagaimana kita melindungi masa depan generasi muda,” pungkasnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Exit mobile version