Komisi IV DPRD Kaltim Dorong Penambahan Layanan Psikolog di RSUD, Siap Anggarkan Dukungan

Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Sarkowi V Zahry. (Foto: Istimewa)

Samarinda, Kaltimetam.id – Pasca tragedi bunuh diri pasien gagal ginjal di RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS), Samarinda, Komisi IV DPRD Kalimantan Timur langsung mengambil sikap tegas. Mereka menilai perlunya penanganan komprehensif terhadap pasien dengan penyakit kronis, termasuk dengan menyediakan layanan pendampingan psikologis yang memadai.

Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Sarkowi V Zahry, menuturkan bahwa kasus seperti ini bisa menjadi pelajaran penting bagi semua pihak. Ia menilai pemerintah daerah perlu memperluas spektrum layanan kesehatan rumah sakit tidak hanya fokus pada medis, tapi juga psikologis.

“Kalau perlu kita libatkan fakultas psikologi dari universitas-universitas di Kaltim. Supaya ada pendampingan yang terstruktur, bukan hanya menunggu pasien mengeluh atau menunjukkan gejala ekstrem,” jelas Sarkowi.

Ia juga menyarankan agar layanan psikologis ini tidak hanya berdiri sendiri, tetapi bisa diintegrasikan dengan program-program sosial pemerintah daerah seperti Jospol (Jaringan Optimalisasi Pelayanan Sosial). Dengan begitu, pendampingan bisa berlanjut meskipun pasien sudah selesai rawat inap.

DPRD Kaltim, kata dia, juga tidak akan tinggal diam dari sisi anggaran. Jika pihak rumah sakit atau dinas kesehatan mengajukan usulan penambahan tenaga psikolog atau program khusus bagi pasien penyakit kronis, DPRD siap mengawal dan mengalokasikan dana dalam APBD.

“Kalau memang butuh anggaran tambahan untuk psikolog, pemerintah siap dukung. Karena ini menyangkut nyawa warga kita,” tegasnya.

Selain mendorong kerja sama dengan kampus, DPRD juga meminta agar rumah sakit mulai memetakan pasien-pasien yang memiliki risiko tinggi mengalami depresi.

“Pendataan ini penting agar kita bisa memprioritaskan mana pasien yang butuh perhatian lebih. Tidak semua pasien mentalnya sama kuat,” imbuh Sarkowi.

Ia berharap ke depan tidak lagi muncul kasus tragis serupa yang seharusnya bisa dicegah jika ada sistem pendampingan psikologis sejak awal pasien menjalani perawatan.

“Jangan tunggu sudah fatal. Kita ingin rumah sakit jadi tempat harapan hidup, bukan justru menjadi tempat terakhir orang mengakhiri hidup,” tuturnya dengan nada prihatin.

Dengan langkah-langkah itu, Komisi IV DPRD Kaltim optimistis kualitas pelayanan kesehatan di Kaltim akan semakin lengkap, baik dari aspek fisik maupun mental.

“Karena sejatinya kesehatan itu satu paket yaitu tubuh dan jiwa,” pungkas Sarkowi. (Adv/DPRDKaltim/SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Exit mobile version