Kaltim, Kaltimetam.id – East Borneo International Folklore Festival atau yang lebih dikenal dengan singkatan EBIFF kembali digelar pada tahun 2025. Digagas sebagai ajang pertunjukan seni budaya dunia, festival ini telah menjadi agenda tahunan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) yang bertujuan mempromosikan keberagaman budaya sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif daerah.
EBIFF merupakan kegiatan pertunjukan seni pertukaran budaya yang menghadirkan kelompok-kelompok seni dari berbagai negara dan daerah di Indonesia. Di bawah koordinasi Dinas Pariwisata Kalimantan Timur, festival ini telah menjadi simbol terbukanya Benua Etam sebagai ruang pertemuan budaya global.
“EBIFF itu bukan hanya festival tari atau musik. Ini ruang kolaborasi, lintas budaya, tempat bertemunya kesenian rakyat dunia dan lokal. Sekaligus wadah bagi masyarakat untuk menyaksikan warisan budaya mereka sendiri di panggung yang setara dengan budaya dari negara lain,” jelas Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dispar Kaltim, Awang Khalik, Jumat (13/6/2025).
Meski jumlah peserta mancanegara sedikit berkurang dibanding tahun lalu karena efisiensi anggaran, kualitas penampilan tetap dijaga dengan proses kurasi ketat. Peserta internasional berasal antara lain dari Korea Selatan, India, dan Polandia, masing-masing mengirim belasan hingga puluhan seniman.
Tema tahun ini menitikberatkan pada kesenian rakyat. Selain penampilan dari luar negeri, EBIFF 2025 juga akan dimeriahkan oleh sanggar budaya lokal yang menampilkan kesenian khas Kaltim seperti tingkilan, madihin, dan tarsul. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat kembali mengenali, menikmati, dan menghargai identitas budaya mereka.
Tak hanya panggung hiburan, EBIFF juga menjadi salah satu instrumen strategis dalam mendorong sektor ekonomi kreatif. Pameran UKM unggulan menjadi bagian penting dalam rangkaian acara, yang memperkenalkan produk-produk khas lokal seperti ilat sapi, keminting, amplang, dan minuman tradisional. Produk-produk ini tak hanya dipamerkan, tapi juga mulai diminati pasar luar negeri sejak gelaran tahun sebelumnya.
“Tahun lalu beberapa pengunjung asing memesan langsung amplang dan keminting ke pengrajinnya. Ini menunjukkan bahwa kegiatan budaya seperti ini punya dampak ekonomi nyata,” ujar Awang.
Pemerintah menargetkan perputaran uang dari pelaksanaan EBIFF 2025 bisa mencapai Rp12 miliar, meningkat dari Rp10 miliar tahun lalu. Perhitungan ini mencakup sektor perhotelan, transportasi, kuliner, hingga penyewaan jasa dan wahana selama lima hari penyelenggaraan di Samarinda dan beberapa lokasi lainnya seperti Watu Beach.
Semua kegiatan EBIFF 2025 dibuka untuk umum secara gratis.
“Masyarakat tidak dipungut biaya. Kita ingin seluruh lapisan masyarakat bisa merasakan pengalaman budaya yang mendunia, tanpa harus ke luar negeri,” pungkas Awang. (REE)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id