Desa Loa Sumber dan MHU Bersinergi: Mengembangkan Agrowisata Mapantama sebagai Destinasi Edukasi dan Rekreasi Alam di Kutai Kartanegara

Replika jembatan Kartanegara yang pernah runtuh di Tenggarong. (Foto: Istimewa)

Tenggarong, Kaltimetam.id – Desa Loa Sumber bekerja sama dengan PT Multi Harapan Utama (MHU) untuk menginisiasi pembangunan dan pengembangan Desa Agrowisata Mapantama di Dusun Merangan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Nama “Mapantama” merupakan singkatan dari Marangan Harapan Utama, yang diambil dari nama Dusun Merangan dan menambahkan unsur Harapan Utama dari nama PT Multi Harapan Utama.

Setiap akhir pekan, Agrowisata Mapantama ramai dikunjungi oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Anak-anak sering datang berkelompok, didampingi oleh guru dan orang tua dengan mengenakan seragam. Mereka diberi pengalaman langsung menangkap ikan dari kolam berlumpur, menangkap bebek, menanam sayur, bunga, buah, padi, serta memetik dan memanen hasilnya, termasuk membajak sawah.

“Tempatnya asyik ya, enak buat liburan keluarga, disini yang unik itu rumah-rumahan SpongeBob (rumah nanas), jadi tambah menarik,” ujar salah satu pengunjung, Arya saat di wawancara KaltimEtam.ID Minggu (23/6/2024).

Wisata edukasi semacam ini semakin populer di daerah perkotaan dan sekitarnya, di mana banyak penduduk yang bukan petani atau petambak ikan.

Anak-anak yang tumbuh di lingkungan tersebut jarang memiliki kesempatan untuk bersentuhan langsung dengan alam, sehingga wisata alternatif yang mengusung konsep kembali ke desa sangat relevan untuk dikembangkan.

Pengunjung dewasa yang datang ke Desa Agrowisata Mapantama biasanya ingin melepas penat dengan memancing ikan di kolam.

Hasil tangkapan bisa dibawa pulang atau langsung dimasak di tempat, baik digoreng maupun dibakar.

Menikmati makanan hasil pancingan sendiri memberikan pengalaman yang berbeda dan lebih nikmat karena ikan masih segar.

Selain menawarkan pengalaman wisata alam, kawasan ini juga menampilkan tema destinasi bahari.

Penggunaan istilah “bahari” merujuk pada bahasa asli Kutai yang mengandung makna zaman dulu.

Tema bahari dipilih karena kawasan ini dikelilingi oleh lumbung padi dan memiliki peninggalan infrastruktur kuno dari masa penjajahan.

Selain itu, di kawasan argowisata ini juga ada replika jembatan Kartanegara terbuat dari kayu dibangun di atas sawah, di argowisata ini juga di tanam tanaman holtikultura dan bunga-bungaan. (adv/disparkukar/hfi)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Exit mobile version