Dari Inisiatif Warga, Usaha Madu Kelulut di Desa Separi Terus Berkembang

Usaha madu kelulut di Desa Separi, Kutai Kartanegara. (Foto: Salsa/Kaltimetam.id)

Separi, Kaltimetam.id – Usaha madu kelulut di Desa Separi, Kutai Kartanegara, terus menunjukkan perkembangan sejak pertama kali dimulai pada tahun 2017. Kelompok peternak ini dibentuk oleh warga secara swadaya, dimulai dari sepuluh orang anggota dengan 15 log koloni kelulut.

“Dulu awalnya cuma sepuluh orang, dan kita mulai dari lima belas log. Sekarang jumlah log sudah seratus lima puluh, tersebar di beberapa kebun dan rumah warga,” ujar Pak Mail, salah satu pelaku budidaya.

Kelulut dipilih karena lebih aman untuk diternakkan dibanding lebah biasa.

“Kalau lebah kan menyengat. Kalau kelulut, paling gigitnya kayak semut. Jadi lebih aman,” jelas Pak Mail.

Dalam proses pengembangannya, kelompok ini juga menerima bantuan dari pemerintah provinsi. Bantuan log tambahan baru diterima tahun ini setelah melalui proses administratif yang cukup panjang.

Saat ini, kelompok madu kelulut Desa Separi melibatkan lebih dari lima belas orang, termasuk dari beberapa RT lain. Produk madu mereka sudah pernah dipasarkan ke luar daerah, meskipun tantangan pemasaran tetap ada.

“Waktu pandemi, permintaan tinggi. Harga madu bisa sampai tiga ratus ribu untuk 250 ml. Sekarang turun jadi seratus lima puluh ribu,” kata Pak Mail.

Panen madu biasanya dilakukan dalam waktu tiga hingga lima bulan, tergantung kondisi koloni. Hasil per kotak bervariasi, mulai dari 250 ml hingga satu liter. Namun, perawatan harian tetap dibutuhkan untuk mencegah serangan hama.

“Musuhnya itu kayak cicak, kodok, semut. Kalau nggak dicek tiap hari, bisa habis satu log,” tambahnya.

Meski dihadapkan pada tantangan harga dan perawatan, warga tetap optimis usaha madu kelulut masih memiliki peluang besar untuk dikembangkan di masa depan. (SAL)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Exit mobile version