Tenggarong, Kaltimetam.id – Berkunjung ke Kecamatan Loa Kulu di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) tak lengkap rasanya tanpa mencicipi atau membawa pulang tempe sebagai oleh-oleh. Tempe, makanan olahan kedelai, telah lama menjadi ciri khas dari kecamatan yang memiliki luas 1.405,7 km persegi dan 12 desa ini.
Camat Loa Kulu, Adriansyah, yang akrab disapa Haji Oyeng, mengungkapkan bahwa tempe sudah melekat dengan masyarakat dan menjadi ikon kuliner khas Loa Kulu.
“Tempe produksi warga kami terkenal dengan rasa yang khas. Ada istilah ‘kalau belum makan tempe, artinya belum ke Loa Kulu’,” ujarnya kepada KaltimEtam.id Jumat (31/5/2024).
Loa Kulu tidak hanya mengandalkan sumber daya alam seperti batu bara, tetapi juga memiliki banyak pengrajin tempe. Selain itu, terdapat ribuan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dengan berbagai jenis usaha, termasuk pembudidaya ikan.
“Di sepanjang jalan provinsi di pinggiran Sungai Mahakam, banyak pembudidaya ikan keramba yang merupakan kelompok perikanan di Loa Kulu. Kami memiliki komoditas unggulan seperti ikan emas, ikan nila, dan ikan lele,” tambah Adriansyah.
Sebagai kawasan yang diharapkan menjadi penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), Loa Kulu juga unggul di sektor pertanian, termasuk padi sawah, padi ladang, dan hortikultura. “Loa Kulu memiliki potensi besar di bidang pertanian dengan luas padi sawah 2.752 hektare, padi ladang 129 hektare, dan hortikultura 499 hektare. Kami juga mengembangkan komoditas jahe bekerja sama dengan Sidomuncul di Desa Jonggon Jaya seluas sekitar 25 hektare,” jelasnya.
Untuk menyukseskan berbagai sektor ini, Haji Oyeng menegaskan pentingnya koordinasi yang baik dengan seluruh lapisan masyarakat. “Kami selalu menjalin sinergi dengan Forkopimda, Forkopimca, Koramil, Polsek, serta rekanan dari dunia usaha,” pungkasnya.(adv/disparkukar/hfi)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id