Serangan Ulat Bulu di Taman Bebaya Samarinda, Warga Alami Gatal dan Bentol-Bentol

Korban yang terkena serngan ulat bulu dan BPBD Kota Samarinda melakukan penyemprotan hama ulat bulu tersebut. (Foto: Siko/Kaltimetam.id)

Samarinda, Kaltimetam.id – Aktivitas masyarakat yang tengah menikmati sore di Taman Bebaya, kawasan wisata ruang terbuka hijau di tepian Sungai Mahakam, mendadak terganggu akibat serangan ulat bulu yang muncul di sejumlah pohon di sekitar lokasi.

Sejumlah warga dilaporkan mengalami iritasi kulit berupa gatal hingga bentol-bentol setelah tanpa sengaja terpapar serat bulu ulat yang mudah terbang terbawa angin.

Salah satu pengunjung, Tia, warga Jalan Perjuangan, mengaku baru mengetahui situasi tersebut setelah diberi peringatan oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda yang sedang melakukan sosialisasi di lokasi.

“Belum tahu tadinya, pas jalan-jalan tadi ada petugas dari BPBD ngasih tahu kalau ada ulat bulu dan mau dilakukan penyemprotan. Jadi kami langsung mau pulang,” ujarnya saat ditemui pada Selasa (28/10/2025).

Tia menambahkan, sebelum menerima informasi tersebut, ia dan rekannya sempat berjalan di area dekat pinggiran Sungai Mahakam untuk menikmati suasana. Tanpa disadari, serat bulu ulat bulu sudah menempel di kulit dan langsung menimbulkan reaksi.

“Ada merasakan gatal-gatal langsung, ini jadi merah, bentol-bentol. Sebelumnya tidak pernah ke sini bahkan. Kami tadi cuma mau jalan-jalan menikmati sore,” ucapnya.

Menanggapi laporan pengunjung yang terdampak, BPBD Kota Samarinda langsung bergerak pada pagi hari untuk melakukan pengecekan kondisi lapangan. Hasilnya, ditemukan populasi ulat bulu dalam jumlah signifikan yang berkembang biak di pepohonan sepanjang area taman.

“Sore hari ini kami melaksanakan penyemprotan pengendalian karena kemarin itu ada laporan dari warga yang terkena ulat bulu. Tadi pagi kami cek lokasi, ternyata benar adanya ulat di sekitar Taman Bebaya,” tegas Analis Kebencanaan BPBD Kota Samarinda, Mohd. Iskandar.

Penyemprotan dilakukan menggunakan mobil tangki air dan mesin semprot manual dengan cairan pembasmi jenis montaf sebanyak tiga liter. Penanganan ini juga berkoordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang sebelumnya telah melakukan penyemprotan tahap awal pada pagi hari.

“Racun ini bisa membunuh atau mengurangi penyebaran. Pohonnya tidak terpengaruh, yang terpengaruh hanya ulatnya saja,” jelas Iskandar.

BPBD menjelaskan bahwa bulu ulat mengandung zat iritan yang dapat memicu reaksi alergi pada kulit dan pernapasan. Bulu halus yang terlepas dapat beterbangan dan menempel di tubuh tanpa disadari, terlebih jika pengunjung berada dekat pepohonan yang menjadi sarang ulat.

Jika tidak segera tertangani, populasi ulat dapat berkembang pesat dan mengancam kesehatan warga yang beraktivitas di ruang publik tersebut.

“Jika terbawa angin, penyebarannya bisa cepat dan menjangkau lebih luas, itu yang kita khawatirkan,” tutupnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Exit mobile version