Tenggarong, Kaltimetam.id – Museum Mulawarman, yang terletak di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, menawarkan perjalanan edukatif melalui sejarah Kerajaan Kutai, kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Museum ini merupakan sebuah “buku sejarah” yang hidup, menampilkan prasasti dan peninggalan kuno yang mencatat awal peradaban maju di Nusantara.
Nama Kutai pertama kali dikenal melalui prasasti Yupa, sebuah tugu batu peninggalan Hindu yang ditulis dalam bahasa Sansekerta dan berhuruf Pallawa. Prasasti Yupa autentik saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta, namun Museum Mulawarman menyajikannya dalam bentuk replika yang mirip dengan aslinya. Replika ini menjadi sarana edukasi yang penting, menunjukkan bahwa komunitas pertama yang mengenal aksara di Nusantara berasal dari Kalimantan Timur.
“Prasasti Yupa menjadi kunci untuk membuka lembaran sejarah kerajaan yang berpusat di Muara Kaman, Kalimantan Timur ini,” ujar Kasran, salah satu pengelola museum.
Kerajaan Kutai didirikan oleh Raja Kudungga, yang dikenal sebagai raja bijaksana dan berkuasa. Gelar anumerta Dewawarman yang diberikan kepadanya mencerminkan penghormatan dari rakyatnya. Penerusnya, Raja Aswawarman, memimpin kerajaan untuk waktu singkat sebelum digantikan oleh putranya, Raja Mulawarman, yang membawa Kutai ke puncak kejayaannya.
Prasasti Yupa mencatat kejayaan Raja Mulawarman, termasuk upacara pengorbanan emas yang dilakukan, di mana kepingan emas dibagikan kepada rakyat dan dipersembahkan kepada para dewa. Keberhasilan Mulawarman juga terlihat dari stabilitas politik, ekonomi, dan sosial pada masa pemerintahannya.
Golongan terdidik seperti Brahmana dan Kesatria menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, menunjukkan kemajuan intelektual kerajaan. Upacara keagamaan Hindu yang terlaksana dengan baik mencerminkan kehidupan sosial yang teratur. Stabilitas politik dan kepemimpinan cakap Mulawarman menjadi kunci kejayaan Kutai.
Lokasi strategis di Sungai Mahakam mendukung kegiatan pertanian, peternakan, dan perdagangan. Raja Mulawarman tercatat memberikan 20.000 sapi kepada para Brahmana, menunjukkan kekayaan kerajaan. Kerajaan Kutai menganut agama Hindu dengan pemujaan terhadap Dewa Siwa, di mana raja dan Brahmana berperan penting dalam kehidupan keagamaan.
Namun, kejayaan Kutai tidak berlangsung selamanya. Setelah wafatnya Mulawarman, kerajaan mengalami pergantian pemimpin dan akhirnya runtuh pada masa Raja Dharma Setia. Peninggalan Kerajaan Kutai, seperti Prasasti Yupa dan arca-arca Hindu, menjadi bukti sejarah yang tak ternilai, mewariskan budaya dan tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Museum Mulawarman tidak hanya menyimpan artefak sejarah tetapi juga menginspirasi generasi penerus untuk terus menggali dan melestarikan warisan budaya bangsa. Kejayaan Kerajaan Kutai dan kepemimpinan Raja Mulawarman menjadi jejak sejarah yang tak terhapuskan di Nusantara. (adv/disparkukar/hfi)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id