Samarinda, Kaltimetam.id – Kemajuan teknologi digital telah mengubah cara masyarakat, khususnya generasi muda, dalam mengakses informasi. Gawai kini menjadi sahabat sehari-hari yang menyediakan hiburan sekaligus sumber bacaan instan. Namun, di balik kemudahan itu, ada konsekuensi besar, ialah minat baca buku semakin merosot.
Fenomena ini menjadi perhatian serius Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kalimantan Timur. Lembaga tersebut melihat pergeseran kebiasaan membaca sebagai ancaman bagi kualitas literasi, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DPK Kaltim, Anita Natalia Krisnawati, menegaskan penurunan minat baca bukan persoalan sederhana.
Ia mengingatkan bahwa jika dibiarkan, anak muda akan terbiasa dengan pola pikir serba instan tanpa pemahaman mendalam.
“Kami menggandeng komunitas anak muda supaya mereka termotivasi mengunjungi perpustakaan di tengah gempuran gadget,” ujarnya, Kamis (18/9/2025).
Menurut Anita, tantangan terbesar saat ini adalah mengubah persepsi generasi muda terhadap aktivitas membaca.
Buku kerap dicap sebagai sesuatu yang kuno, padahal justru literasi kuat menjadi tameng penting untuk menghadapi derasnya arus informasi digital yang kerap bercampur antara fakta dan hoaks.
Ia juga menekankan bahwa membangun budaya membaca tidak bisa hanya mengandalkan acara seremonial atau kegiatan musiman. Dibutuhkan konsistensi dan kerja sama dari berbagai pihak agar membaca benar-benar menjadi kebutuhan harian.
“Kami berharap minat baca masyarakat tumbuh menjadi kebiasaan, bukan sekadar tren sesaat,” tegasnya. (REE)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id