Tenggarong, Kaltimetam.id – Museum Kayu Tuah Himba, di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), menawarkan koleksi yang memperkaya pemahaman tentang sejarah dan budaya suku Dayak Benuaq. Salah satu koleksi utama yang menjadi daya tarik pengunjung adalah Tempelaq, sebuah tempat penyimpanan mayat dari kayu ulin dengan ukiran khas Dayak.
Koordinator Museum, Sophyan Hadi, menerangkan bahwa Tempelaq memiliki nilai penting dalam tradisi suku Dayak Benuaq. Berbeda dengan tradisi penguburan di tanah, masyarakat Dayak Benuaq menyimpan jenazah dalam Tempelaq. “Motif Tempelaq bervariasi, salah satunya motif naga yang digunakan oleh orang-orang dengan status tinggi seperti raja atau bangsawan, sementara motif bunga biasanya untuk rakyat biasa,” ungkap Sophyan.
Motif naga yang ditampilkan di museum menunjukkan status sosial tinggi pemiliknya. Tempelaq dengan motif ini menegaskan hierarki kasta dalam masyarakat Dayak Benuaq. Tempelaq tersebut memiliki beberapa sekat untuk memisahkan bagian tengkorak kepala, badan, tangan, dan kaki. “Sebelum mayat dimasukkan ke dalam Tempelaq, jenazah disimpan di tempat yang lebih besar hingga menjadi tulang-belulang. Setelah itu, pesta diadakan sebelum jenazah dipindahkan ke Tempelaq. Menurut kepercayaan Dayak, kematian harus dirayakan, bukan disesali,” tambah Sophyan.
Fungsi Edukasi dan Pelestarian Budaya
Dengan koleksi seperti Tempelaq, Museum Kayu Tuah Himba tidak hanya menyimpan benda-benda bersejarah, tetapi juga berfungsi sebagai sarana edukasi bagi masyarakat. Tempelaq ditempatkan di atas penyanggah kayu, tidak menyentuh tanah, sebagai bagian dari kepercayaan dan adat. Artefak-artefak ini mengajak pengunjung memahami kekayaan tradisi dan budaya Dayak Benuaq secara lebih mendalam.
Museum Kayu Tuah Himba, dengan koleksi yang beragam, menjadi destinasi penting bagi mereka yang ingin mengeksplorasi dan menghargai warisan budaya lokal. (adv/disparkukar/hfi)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id