Samarinda, Kaltimetam.id – Menjelang puncak musim haji tahun 2025, perhatian masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim) kini tertuju pada kesiapan layanan bagi para jamaah calon haji, terutama bagi kelompok lanjut usia (lansia) yang jumlahnya cukup besar dalam rombongan keberangkatan tahun ini.
Dari total kuota haji sebanyak 2.586 orang yang diberikan kepada Provinsi Kaltim, sekitar lima persen di antaranya atau sekitar 129 orang terdiri dari jamaah lansia. Yang menarik perhatian, di antara mereka terdapat seorang calon jamaah berusia 101 tahun asal Kabupaten Kutai Timur, yang tercatat sebagai salah satu jamaah tertua tahun ini.
Kondisi tersebut membuat berbagai pihak, termasuk DPRD Kaltim, menaruh perhatian khusus terhadap kesiapan layanan yang disiapkan pemerintah.
Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, Muhammad Darlis Pattalongi, menegaskan bahwa kualitas layanan bagi jamaah lansia harus menjadi prioritas utama, mengingat berbagai tantangan kesehatan dan stamina yang dihadapi oleh kelompok ini.
“Pelayanan haji bukan sekadar soal kuota yang diberikan atau jumlah keberangkatan. Yang lebih penting adalah memastikan bahwa seluruh jamaah, khususnya lansia, mendapatkan pelayanan yang layak, aman, dan manusiawi,” tegas Darlis.
Menurut Darlis, tidak boleh ada perlakuan yang disamaratakan antara jamaah lansia dan jamaah yang lebih muda. Lansia memerlukan pendekatan pelayanan yang lebih personal dan komprehensif, baik dari sisi medis, logistik, maupun edukasi manasik.
“Jamaah lansia cenderung lebih rentan terhadap kelelahan, dehidrasi, bahkan risiko gagal melaksanakan rangkaian ibadah. Oleh karena itu, pendampingan medis yang memadai, keberadaan tenaga medis yang terlatih, alat kesehatan, serta skema penanganan darurat harus disiapkan secara optimal,” ujarnya.
Lebih lanjut, Darlis juga menyoroti pentingnya aspek edukasi dalam persiapan mental dan spiritual jamaah lansia. Ia meminta Kemenag untuk memastikan bahwa materi bimbingan manasik disampaikan dengan metode yang inklusif, mudah dipahami, dan sesuai dengan kebutuhan lansia.
“Persiapan ibadah itu bukan sekadar soal fisik. Mental dan pemahaman yang baik tentang tata cara ibadah juga sangat penting. Lansia tidak boleh merasa canggung atau bingung saat berada di Tanah Suci. Kita ingin mereka bisa menjalani ibadah dengan tenang, penuh makna,” tambahnya.
Selain itu, DPRD Kaltim juga mendorong agar keluarga dan komunitas turut berperan aktif dalam proses persiapan dan keberangkatan jamaah lansia. Sejak dari daerah asal hingga memasuki Embarkasi Balikpapan, peran keluarga sangat penting untuk memberikan dukungan moral dan memastikan lansia berada dalam kondisi yang siap.
“Koordinasi yang baik antara pemerintah daerah, Kantor Wilayah Kemenag, dinas kesehatan, dan pihak keluarga sangat diperlukan. Jangan sampai karena persoalan teknis atau kurang koordinasi, ibadah yang seharusnya menjadi momen puncak spiritual umat justru menjadi beban bagi para lansia,” katanya.
Ia juga mengungkapkan bahwa hasil diskusi antara Komisi IV DPRD Kaltim dan Kemenag beberapa waktu lalu menunjukkan adanya komitmen serius dari pemerintah untuk terus meningkatkan layanan penyelenggaraan haji tahun ini.
“Kami mendapat informasi bahwa pemerintah telah menyiapkan berbagai protokol kesehatan, layanan prioritas, pengawasan berlapis, serta fasilitas pendampingan bagi jamaah lansia dan berisiko tinggi,” jelasnya.
Namun demikian, Darlis menegaskan bahwa pengawasan dari semua pihak tetap diperlukan agar implementasi layanan di lapangan sesuai dengan standar yang diharapkan.
“Kami dari DPRD Kaltim akan terus memantau dari sisi kebijakan maupun pelaksanaannya. Ini bukan sekadar soal keberangkatan. Ini adalah soal tanggung jawab moral dan kemanusiaan kita semua dalam melindungi para jamaah, terutama yang paling rentan,” pungkasnya. (Adv/DPRDKaltim/SIK)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id