Reza Fachlevi: Jalan Provinsi Kaltim Mulus di Permukaan, Rawan Rusak di Kedalaman

Wakil Ketua Komisi III DPRD Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi. (Foto: Siko/Kaltimetam.id)

Samarinda, Kaltimetam.id – Aspal bisa saja mulus, tapi genangan air tak pernah berbohong. Wakil Ketua Komisi III DPRD Kalimantan Timur, Akhmed Reza Fachlevi, mengingatkan bahwa keberhasilan pembangunan jalan provinsi tak cukup dinilai dari permukaan. Sistem drainase yang buruk, kata dia, membuat jalan cepat rusak dan anggaran infrastruktur terjebak dalam pola tambal sulam tahunan.

“Kalau kita hanya lihat dari atas, ya kelihatannya bagus. Tapi coba datang saat hujan deras jalannya berubah jadi kolam,” ujar Reza.

Lebih lanjut, Dinas PUPR-Pera menyebut 82,21 persen jalan provinsi kini dalam kondisi mantap. Angka yang di atas kertas terlihat menjanjikan. Namun bagi Reza, statistik itu menyembunyikan kerentanan struktural yang kerap diabaikan: tidak adanya sistem saluran air yang memadai.

Ia menunjuk dua titik krusial di Samarinda sebagai contoh nyata Ring Road III di kawasan Sempaja dan Ring Road II di Air Putih. Dua ruas ini, menurutnya, kerap digenangi air saat musim hujan, membuat permukaan aspal cepat rusak dan berlubang.

“Setiap hari ribuan kendaraan melintasi jalan itu. Tapi kita biarkan air menggerogoti aspal. Akhirnya, tiap tahun kita habiskan anggaran hanya untuk menambal, bukan memperbaiki dari akar masalahnya,” katanya.

Lebih lanjut, Reza menilai bahwa banyak proyek pembangunan jalan selama ini dilakukan tanpa perencanaan menyeluruh, khususnya dalam hal drainase. Ia menyebut pendekatan infrastruktur yang mengabaikan saluran air sebagai bentuk kegagalan sistemik.

“Kita bangun jalan seperti menghias etalase. Bagus di awal, tapi tak tahan cuaca,” ujarnya sinis.

Dalam kesempatan itu, Dinas PUPR-Pera juga menyoroti peran Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang bertugas menangani kondisi darurat seperti longsor atau kerusakan mendadak. Reza menyambut baik peran tersebut, namun meminta agar UPTD dilibatkan lebih jauh dalam pengawasan harian dan langkah-langkah preventif.

“Kalau UPTD hanya diturunkan pasca-bencana, berarti kita selalu bekerja dalam mode darurat. Harus ada sistem yang memprioritaskan pencegahan,” tegasnya.

Menutup pernyataannya, Reza menekankan bahwa kualitas jalan tidak cukup diukur dari tebalnya lapisan aspal atau kecepatan pengerjaan. Infrastruktur jalan yang baik, menurutnya, adalah jalan yang bisa bertahan dalam jangka panjang terutama menghadapi musim hujan dan tekanan kendaraan berat.

“Jalan yang bagus bukan yang terlihat indah saat baru dibangun, tapi yang tetap utuh lima atau sepuluh tahun kemudian. Dan itu hanya mungkin jika drainasenya benar-benar dirancang dengan matang,” ujarnya. (Adv/DPRDKaltim/SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id