Samarinda, Kaltimetam.id – Pesut Mahakam, satwa endemik sekaligus ikon Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, kini berada di ambang kritis. Tren populasinya terus menurun dari tahun ke tahun. Data terbaru menunjukkan hanya tersisa sekitar 62 ekor pesut yang bertahan hidup di perairan sungai sepanjang 980 kilometer itu. Kondisi tersebut menyalakan alarm bahaya, mengingat pesut Mahakam bukan hanya simbol ekologi, tetapi juga penanda kesehatan lingkungan sungai yang menjadi urat nadi masyarakat Kalimantan Timur.
Peneliti Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), Danielle Kreb, mengungkapkan pihaknya bersama Kementerian Lingkungan Hidup serta berbagai pemangku kepentingan tengah mematangkan rencana aksi konservasi. Program ini digadang menjadi upaya komprehensif menyelamatkan mamalia langka tersebut dari ancaman kepunahan.
“Rencana aksi konservasi pesut melibatkan perlindungan habitat dari pencemaran dan kerusakan, pengelolaan sampah yang lebih baik di sekitar Sungai Mahakam, hingga penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal,” ujar Danielle saat ditemui, Rabu (1/10/2025).
Menurut Danielle, penyelamatan pesut tidak dapat hanya mengandalkan lembaga konservasi. Peran aktif pemerintah daerah, aparat penegak hukum, organisasi masyarakat, dan masyarakat sekitar sungai menjadi kunci keberhasilan. Dalam rencana aksi ini, setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) akan diminta berkontribusi sesuai bidangnya, mulai dari pengawasan aktivitas perairan, pengelolaan limbah, hingga edukasi masyarakat.
“Nantinya, masing-masing OPD terkait diharapkan dapat mengambil peran sesuai tanggung jawabnya. Kami menyambut sangat baik inisiatif ini, dan mudah-mudahan bisa segera ada perbaikan habitat pesut,” tambahnya.
Selain itu, masyarakat dilibatkan dalam pelaporan dan pemantauan pesut secara rutin. Dengan begitu, setiap kejadian baik kelahiran maupun kematian pesut bisa langsung ditindaklanjuti untuk mengetahui faktor penyebab.
Populasi pesut Mahakam terus menurun dalam dua dekade terakhir. Tahun 2024 tercatat hanya sekitar 62 ekor, dan untuk tahun ini, hasil akhir pendataan masih menunggu survei lapangan yang dijadwalkan rampung pada akhir 2025.
“Kami belum bisa memastikan jumlah tahun ini, karena perlu tiga kali survei dengan interval empat bulan. Metode penghitungan dilakukan berdasarkan identifikasi sirip, sebab setiap pesut memiliki ID sirip unik,” jelasnya.
Meski begitu, tren populasi menunjukkan dinamika: ada kelahiran pesut baru, namun di sisi lain kematian tetap tinggi. Hal ini menjadi tantangan terbesar dalam menjaga keberlangsungan spesies.
“Setiap ada bangkai pesut ditemukan, kami langsung turun untuk melakukan uji lapangan, agar mengetahui penyebab kematiannya. Dari hasil analisis, kami bahkan menemukan mikroplastik dalam tubuh pesut,” ungkapnya.
Berbagai ancaman masih membayangi kelestarian pesut Mahakam. Pencemaran limbah, aktivitas transportasi sungai, hingga praktik penangkapan ikan ilegal menjadi faktor utama.
“Sebagian besar kematian pesut disebabkan oleh jaring, tabrakan dengan kapal tongkang, racun, pencemaran lingkungan, dan lain sebagainya. Pernah juga ada kasus setrum, bahkan anak pesut yang masih bayi pernah terkena setrum,” tegas Danielle.
Meski angka kematian akibat jaring nelayan mulai menurun berkat program edukasi, risiko lain seperti tabrakan kapal dan polusi mikroplastik kini semakin nyata.
Bagi masyarakat Kalimantan Timur, pesut Mahakam bukan sekadar satwa liar, melainkan bagian dari identitas budaya dan warisan alam. Kehadirannya menjadi indikator kualitas ekosistem Sungai Mahakam yang menopang kehidupan jutaan penduduk di sekitarnya.
Dengan dimatangkannya rencana aksi konservasi, harapan muncul bahwa langkah-langkah nyata dapat segera diterapkan. Penegakan hukum, peningkatan kesadaran masyarakat, serta rehabilitasi habitat sungai diharapkan mampu memperbaiki kondisi yang kian tertekan.
“Pesut adalah simbol Kalimantan Timur. Menyelamatkan pesut berarti menyelamatkan Sungai Mahakam dan keberlangsungan hidup masyarakat yang bergantung padanya,” pungkasnya. (SIK)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id