Samarinda, Kaltimetam.id — Tim Wali Kota untuk Akselerasi Pembangunan (TWAP) Samarinda menyoroti kondisi median jalan di sejumlah ruas utama kota yang dibiarkan terbuka usai dibongkar oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR). Proyek yang disebut menelan anggaran hingga Rp5 miliar itu dinilai tidak berjalan sesuai harapan dan justru menimbulkan kesan semrawut di tengah kota.
Salah satu yang paling mencolok berada di Jalan Pahlawan, di mana median jalan yang sebelumnya dilapisi keramik kini sudah dibongkar, namun belum juga dipasang kembali material baru berupa kanstin.
Kondisi ini, menurut TWAP, tidak hanya merusak estetika kota tetapi juga berpotensi membahayakan pengguna jalan yang melintas setiap hari.
Anggota Bidang Infrastruktur, Lingkungan Hidup, dan Ketahanan Iklim TWAP Samarinda, Sukisman, menilai pengerjaan median seharusnya dilakukan dengan perencanaan matang dan tidak dibiarkan berlarut-larut.
“Peningkatan mungkin peningkatan median jalan karena ada beberapa aspek yang kita nilai agak-agak tidak sesuai dengan prosedur kerja. Dampak-dampak aspeknya itu antara lain aspek keselamatan pengguna jalan,” ujarnya, Kamis (30/10/2025).
Ia menjelaskan, kondisi tanah di median yang terbuka terlalu lama dapat menimbulkan berbagai risiko.
Selain dapat terbongkar dan menyebabkan longsoran kecil, akar pohon yang tak tertopang kuat juga bisa tumbang ketika hujan deras melanda.
“Kalau misalnya dibiarkan berlarut-larut begitu, tanah-tanahnya bisa terbongkar, kena hujan larut, kemudian pohonnya bisa tumbang. Itu dari sisi keselamatan pengguna jalan,” jelasnya.
Tak hanya itu, Sukisman menyoroti dampak terhadap kebersihan lingkungan. Tanah yang tergerus air hujan bisa menyebabkan lumpur menutupi sebagian badan jalan, sementara saat cuaca panas berubah menjadi debu yang beterbangan.
“Karena larutnya tadi tanah-tanahnya ini, pada saat musim panas debu muncul, pada saat musim hujan lumpur,” katanya.
TWAP juga menilai kondisi tersebut membuat wajah kota Samarinda tampak berantakan. Median jalan yang dibiarkan terbuka dianggap mengganggu pemandangan dan menurunkan nilai estetika di ruas utama kota yang menjadi pusat aktivitas masyarakat.
“Kalau dibuat begitu kan tidak indah kelihatannya. Harusnya dikupas, langsung dipasang, datangkan bahannya, langsung pasang. Ini dibiarkan saja dulu,” tegasnya.
Dalam rapat koordinasi dengan pihak Dinas PUPR Kota Samarinda, TWAP menyoroti bahwa pekerjaan seharusnya disesuaikan dengan ketersediaan bahan dan tenaga kerja. Bukan justru membuka area secara menyeluruh tanpa perhitungan waktu pengerjaan yang jelas.
“Kita menginginkan membuka supaya disesuaikan dengan bahan yang ada, dengan tenaga kerja yang mau bekerja. Jadi seberapa bahan yang ada, berapa lama dia kerja, berapa meter dia bisa kerjakan, nah itu yang dibuka dulu, jangan dibuka seluas-luasnya begitu,” ujarnya.
Dari hasil rapat tersebut, diketahui salah satu kendala utama pengerjaan proyek adalah keterlambatan bahan material.
“Kendalanya, bahan-bahannya tidak kontinu di sana, tempat nyetaknya itu di Palaran,” ungkap Sukisman.
Meski begitu, TWAP menegaskan bahwa alasan tersebut tidak bisa dijadikan pembenaran untuk membiarkan median jalan dalam kondisi terbuka terlalu lama. Selain mengganggu keindahan kota, proyek yang dikerjakan lambat dinilai menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat yang melintas di kawasan tersebut.
Pihak PUPR sendiri telah menyanggupi percepatan pengerjaan. TWAP berharap agar pengerjaan bisa segera diselesaikan dalam waktu dekat, mengingat ruas tersebut termasuk jalur utama kota yang ramai dan sering dilalui pejabat daerah.
“Apalagi itu jalan lewat-lewatnya Pak Wali Kota pulang kan,” pungkasnya. (REE)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id







