Samarinda, Kaltimetam.id – Upaya penanganan bencana longsor di Jalan Mugirejo, Gang Muklis, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda, berlanjut untuk hari ketiga pada Senin (03/11/2025).
Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (BPUPR) bekerja ekstra untuk menyingkirkan material longsoran yang menimbun permukiman dan fasilitas pendidikan di bawah tebing.
Tebing dengan kemiringan ekstrem mencapai 80 derajat dan struktur tanah yang didominasi pasir menjadi tantangan terbesar dalam penanganan bencana ini. Kondisi tersebut memperbesar potensi longsor susulan, terlebih di tengah intensitas hujan yang masih tinggi dalam beberapa hari terakhir.
Satu unit alat berat kembali dioperasikan di lokasi sejak pagi, namun pergerakan alat harus dilakukan perlahan untuk menghindari pergeseran tanah yang dapat membahayakan petugas.
Operator alat berat BPBD Samarinda, Maulana Firdaus, mengatakan bahwa setiap langkah penanganan harus mempertimbangkan risiko tinggi di lapangan.
“Kendala pertama materialnya pasir, kedua kendala cuaca, dan ketiga kemiringannya sekitar 80 derajat. Jadi cukup berisiko untuk alat dan petugas di lapangan,” katanya.
Material longsor masih menumpuk di sekitar bangunan SMP Madinah serta beberapa rumah warga. Petugas harus melakukan pengerukan bertahap sambil memastikan kestabilan tebing.
Sebelumnya, BPBD telah mengajukan bantuan alat berat tambahan dari BPUPR Samarinda karena banyaknya volume material yang harus diangkat. Namun, penanganan longsor di sejumlah titik lain membuat peralatan harus dipakai bergantian.
“Bulan kemarin kami dibantu satu alat dari BPUPR, tapi karena banyak titik longsor, alatnya bergantian dipakai di lokasi lain,” jelas Maulana.
Material pengerukan sementara dibuang ke area kosong di sekitar pembangunan masjid terdekat usai adanya koordinasi dengan tokoh masyarakat dan Ketua RT setempat.
SMP Madinah menjadi salah satu fasilitas yang terdampak langsung. Beberapa ruang kelas dan area cuci sekolah tertimbun material sejak longsor pertama yang terjadi pada Juli lalu.
Akibatnya, beberapa ruang kelas yang terdampak terpaksa dihentikan dan siswa dipindahkan sementara untuk menghindari risiko kecelakaan.
Warga setempat, Abdul Salang memaparkan kondisi psikologis siswa yang terguncang.
“Beberapa ruang kelas di sekolah ini tidak bisa digunakan karena murid-murid trauma. Ruangan yang terdampak ada satu kelas dan ruang cuci,” ujarnya.
Ia menerangkan bahwa tanah di sekitar tebing sangat labil dan terus bergerak setiap kali turun hujan.
“Kalau hujan, tanahnya pasti turun sedikit-sedikit. Artinya masih terus bergerak,” tambahnya.
Para orang tua dan pihak sekolah berharap pemerintah dapat segera mempercepat proses penanganan agar kegiatan pendidikan bisa kembali berjalan normal. (SIK)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id







