Layanan Kesehatan Kaltim Mulai Bertransformasi, Bahasa Isyarat Jadi Bekal Wajib

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin. (Foto: Ree/Kaltimetam.id)

Samarinda, Kaltimetam.id  – Fasilitas kesehatan di Kalimantan Timur perlahan bergerak menuju pelayanan publik yang benar-benar ramah bagi semua kalangan. Salah satu gebrakan yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim adalah membekali 100 tenaga kesehatan dan staf administrasi dengan keterampilan bahasa isyarat.

Program ini tidak semata pelatihan teknis, melainkan sebuah langkah strategis untuk membuka ruang komunikasi yang setara bagi penyandang disabilitas sensorik, terutama tuli.

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, menegaskan pentingnya kemampuan tersebut dalam membangun interaksi yang lebih manusiawi antara tenaga medis dengan pasien.

“Bahasa isyarat adalah kunci menghadirkan layanan yang inklusif, komunikatif, dan humanis,” katanya, Senin (29/9/2025).

Selama ini, pasien tuli kerap kesulitan saat harus menyampaikan keluhan kesehatan kepada tenaga medis. Dengan keterampilan baru, para peserta pelatihan diharapkan dapat memahami kebutuhan mereka secara lebih akurat.

“Dengan keterampilan ini, tenaga kesehatan bisa memahami kebutuhan pasien tuli dengan lebih baik,” ujar Jaya.

Tak hanya mengandalkan instruktur internal, Dinkes Kaltim juga melibatkan Ikatan Kebersamaan Anak Tuli (IKAT) Samarinda sebagai mitra utama.

Kolaborasi ini menghadirkan pengalaman langsung tentang bagaimana komunitas tuli berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

“Kolaborasi ini memberi perspektif otentik tentang budaya tuli dan kebutuhan komunikasi sehari-hari. Jadi bukan sekadar teori, tapi benar-benar bisa langsung diterapkan,” jelas Jaya.

Materi yang diberikan meliputi pemahaman kebijakan pemerintah terkait hak penyandang disabilitas, pengenalan abjad jari, kosakata medis, hingga simulasi percakapan antara tenaga kesehatan dan pasien tuli.

Lebih dari sekadar memenuhi aturan, inisiatif ini disebut sebagai upaya mengubah pola pikir pelayanan kesehatan di Kaltim agar semakin inklusif.

Jaya menegaskan, mereka yang lulus pelatihan nantinya diharapkan menjadi pionir perubahan di lingkup kerjanya masing-masing.

“Program ini bukan hanya melaksanakan amanat undang-undang, tapi juga bagian dari upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik di bidang kesehatan,” pungkasnya. (REE)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id