Lahan Terbatas dan Ekosistem yang Berbeda, Jalan Panjang Kaltim Menuju Swasembada

Bahan pangan lokal di salah satu pasar tradisional. DPTH Kaltim menegaskan swasembada tidak hanya berfokus pada beras, tetapi juga komoditas lain seperti singkong dan jagung. (Foto: Istimewa)

Samarinda, Kaltimetam.id – Kalimantan Timur (Kaltim) masih menghadapi jalan berliku untuk mencapai swasembada pangan. Bukan karena ketiadaan niat, melainkan karena faktor ekosistem dan ketersediaan lahan yang tak seideal daerah lain seperti Pulau Jawa.

Kepala Dinas Pangan, Tanaman, dan Hortikultura (DPTH) Kaltim, Siti Farisyah Yana, menyebutkan, ada sejumlah tantangan yang harus dilalui agar Bumi Etam bisa lebih mandiri dalam pangan.

“Dari ekosistem, perencanaan yang holistis, serta kolaborasi berbagai pihak,” jelasnya, Senin (18/8/2025).

Ia mencontohkan, di Jawa pertanian sudah lama menjadi profesi utama masyarakat. Ekosistemnya pun terbangun dengan baik. Sedangkan di Kaltim, pilihan pekerjaan masyarakat lebih beragam sehingga pertanian bukan satu-satunya tumpuan.

Masalah lain muncul dari perebutan lahan. Di provinsi ini, lahan pertanian kerap bersaing dengan kepentingan perkebunan, tambang, hingga pembangunan perumahan.

“Karena itu, perlu perencanaan yang cermat,” tambah Yana.

Menyadari kondisi tersebut, Gubernur Rudy Mas’ud bersama Wakil Gubernur Seno Aji memberi target agar DPTH mampu merancang program yang dapat mendorong kenaikan produksi pertanian.

Yana menyebut, langkah itu harus sinergi dengan sektor lain, mulai dari pendidikan, kesehatan hingga pembangunan infrastruktur.

Inventarisasi lahan tidur pun tengah dipacu. Saat ini, tercatat 1.890 hektare sudah dipersiapkan untuk cetak sawah pada tahun ini.

“Sudah ada lahan yang disiapkan untuk pertanian. Tapi, spot-spot gitu lokasinya karena berhimpitan dengan pemanfaatan lain,” ucapnya.

DPTH juga telah menyusun Survei Inventarisasi Desain (SID) untuk diajukan ke pemerintah pusat, sambil menjalin kerja sama dengan pihak swasta agar luasan lahan bisa bertambah.

Lebih jauh, Yana menekankan bahwa swasembada bukan semata soal beras. Alternatif pangan lokal seperti singkong dan jagung juga berpotensi besar untuk dikembangkan. (REE)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id