Samarinda, Kaltimetam.id – Memasuki pekan terakhir sebelum Natal dan Tahun Baru, harga bawang merah di Pasar Segiri Samarinda masih menunjukkan tren tinggi dan belum ada tanda-tanda penurunan. Hal ini terpantau oleh Kaltimetam.id, yang melakukan pemantauan langsung di pasar tradisional tersebut.
Pekan lalu, Pemerintah Kota Samarinda melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Merdeka dan beberapa grosir untuk memantau harga bahan pokok dan kebutuhan penting (bapokting). Dari hasil sidak tersebut, cabai dan bawang merah tercatat sebagai komoditas yang mengalami kenaikan harga paling signifikan.
Minggu ini, harga bawang merah di Pasar Segiri masih bertahan di kisaran Rp65.000 per kilogram, naik dari harga sebelumnya sekitar Rp35.000 per kilogram. Sementara bawang putih relatif stabil, hanya mengalami kenaikan sedikit, dan harga ecerannya tidak berubah.
Ibu Riani (52), yang berjualan bawang bersama suaminya, Muhammad (53), mengungkapkan kenaikan harga bawang merah sudah berlangsung sekitar sebulan.
Menurut Riani, faktor utama kenaikan harga bawang merah adalah ketersediaan produksi yang terbatas dari Sulawesi. Pasokan yang kurang ini menjadi penyebab utama harga tetap tinggi meski menjelang hari besar.
“Ini karena kayaknya karena produksinya kurang dari Sulawesi aja. Semua dari Sulawesi. Kalau bawang merah Sulawesi,” jelasnya, Kamis (18/12/2025).
Riani mengungkapkan, momen Natal dan Tahun Baru tidak terlalu berdampak pada harga, berbeda dengan bulan puasa yang biasanya memicu lonjakan harga bawang merah hingga Rp120.000 per kilogram.
“Biasanya paling kalau Natal pengaruh, paling seminggu paling tinggi. Kalau pas puasa, bawang merah bisa tembus 120,” kata Muhammad.
Kenaikan harga bawang merah berdampak pada perilaku pembeli. Beberapa konsumen mengurangi jumlah pembelian dari biasanya satu kilogram menjadi seperempat kilogram, sementara ada pula yang hanya menanyakan harga tanpa membeli.
“Berkurang. Jadi mikir-mikir gitu, kalau biasa beli 1 kilo jadi seperempat” ungkap Riani.
Faktor produksi tetap menjadi kunci pergerakan harga. Menurut Muhammad, jika stok melimpah, harga cenderung stabil, namun jika produksi menurun, kenaikan harga hampir pasti terjadi.
“Pokoknya produksinya itu. Kalau memang banyak ya, itu aja pengaruhnya. Kalau banyak barangnya, harga stabil,” ujarnya.
Berjualan di Pasar Segiri telah menjadi bagian dari keluarga Riani sejak lama. Muhammad mulai berdagang pada 1986, sedangkan Riani bergabung pada 1994, sehingga pengalaman mereka menjadi acuan untuk mengantisipasi fluktuasi harga menjelang hari besar.
Pedagang berharap harga bawang tetap stabil agar aktivitas jual beli di pasar berjalan lancar dan masyarakat tidak terbebani.
“Sebetulnya kalau kita berhati-hati itu mau murah mahal itu tidak kena pengaruh. Yang kena pengaruh ya masyarakat,” tutup Riani. (REE)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id







