Kemendikdasmen Dorong Pembelajaran Berbasis Logika, Contoh Jepang Jadi Inspirasi Reformasi Pendidikan

Penelaah Analisis Kebijakan dari Direktorat Guru PAUD dan Pendidikan Nonformal (PNF) Kemendikdasmen, Abdul Gofur. (Foto: Siko/Kaltimetam.id)

Kaltim, Kaltimetam.id – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terus menggaungkan pentingnya transformasi sistem pembelajaran di Indonesia dengan menekankan pendekatan berbasis logika dan pemikiran rasional. Jepang, yang telah lama menerapkan sistem pendidikan berbasis logical thinking, disebut sebagai model inspiratif yang dapat dijadikan rujukan dalam membangun pendidikan berkualitas dan adaptif di Tanah Air.

Penelaah Analisis Kebijakan dari Direktorat Guru PAUD dan Pendidikan Nonformal (PNF) Kemendikdasmen, Abdul Gofur menekankan bahwa budaya berpikir logis sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan di Jepang. Menurutnya, karakter masyarakat Jepang yang sangat rasional dalam berpikir terbentuk sejak masa pendidikan dasar melalui pembelajaran yang menantang siswa untuk menganalisis, mengevaluasi, dan memahami peristiwa secara logis.

“Di Jepang, pembinaan guru sangat kuat. Mereka dibentuk untuk mampu merancang pembelajaran yang mendorong siswa berpikir logis. Ini penting untuk membangun kecakapan berpikir kritis dan problem solving, bukan sekadar menghafal materi,” ungkap Gofur dalam Lokakarya Pembelajaran Mendalam yang digelar di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (11/6/2025).

Sebagai ilustrasi, Gofur menceritakan bagaimana masyarakat Jepang menyikapi peristiwa bencana tsunami Aceh pada tahun 2004. Ketika banyak pihak mengaitkan fenomena bangunan masjid yang tetap berdiri kokoh di tengah kehancuran sebagai hal spiritual, masyarakat Jepang justru menganalisisnya secara teknis dan ilmiah.

“Mereka mencari tahu tentang konstruksi bangunan, posisi tanah, hingga arah gelombang tsunami. Itulah bedanya pola pikir logis dan reflektif yang sudah terbentuk sejak dini,” jelasnya.

Gofur juga menyoroti hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang masih menunjukkan rendahnya capaian siswa Indonesia dalam aspek literasi, numerasi, dan sains. Ia mengungkapkan bahwa Indonesia masih tertinggal dari negara-negara Asia lainnya, termasuk Vietnam yang dalam PISA 2012 berhasil menduduki peringkat ke-8 dunia, meski tergolong negara berkembang dan baru merdeka di era modern.

“Vietnam membuktikan bahwa dengan sistem pendidikan yang terarah dan konsisten, sebuah negara bisa membuat lompatan besar. Kita harus belajar dari mereka dan mengevaluasi diri,” ujarnya.

Dalam menjawab tantangan tersebut, Kemendikdasmen telah meluncurkan berbagai program penguatan kapasitas guru, termasuk penerapan pembelajaran berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics), High Order Thinking (HOT), hingga konsep Merdeka Belajar.

Namun saat ini, fokus utama kementerian diarahkan pada pengembangan pendekatan Deep Learning atau pembelajaran mendalam, yang tidak hanya mengedepankan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga penanaman nilai, refleksi, dan keterhubungan konsep dengan realitas kehidupan sehari-hari. Deep Learning sendiri terdiri dari tiga elemen utama: mindful learning (belajar dengan kesadaran penuh), meaningful learning (pembelajaran bermakna), dan joyful learning (pembelajaran yang menyenangkan).

“Ketika siswa belajar dengan penuh kesadaran, memahami makna dari materi yang dipelajari, dan merasakan kegembiraan dalam prosesnya, maka di situlah kualitas pendidikan terbentuk secara utuh,” terang Gofur.

Ia juga memperkenalkan metode Lesson Study, yang merupakan praktik umum di Jepang. Lesson Study merupakan pendekatan pembinaan guru secara kolaboratif melalui siklus “plan-do-see” (rencanakan-laksanakan-evaluasi). Dalam praktiknya, para guru secara kolektif merancang skenario pembelajaran, melaksanakan di kelas, dan melakukan refleksi bersama untuk perbaikan berkelanjutan.

Sayangnya, menurut Gofur, sebagian besar guru di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam merancang tujuan pembelajaran yang jelas dan menghubungkannya secara konkret dengan aktivitas belajar dan alat evaluasi.

“Inilah pentingnya Lesson Study. Ia membangun kultur diskusi dan refleksi antar guru, sehingga proses perencanaan pembelajaran bisa lebih tajam, aktivitas di kelas menjadi bermakna, dan penilaian benar-benar mengukur capaian yang diharapkan,” jelasnya lagi.

Gofur menegaskan bahwa kunci utama dari seluruh transformasi pendidikan ada pada kualitas guru. Tanpa guru yang memahami filosofi pembelajaran mendalam, pendekatan logis, dan strategi pengajaran yang adaptif, maka perubahan sistem hanya akan menjadi slogan.

Oleh karena itu, Kemendikdasmen akan terus memperluas pelatihan guru berbasis pembelajaran logis dan Lesson Study, serta menjadikan pengalaman negara maju seperti Jepang sebagai bahan pembelajaran untuk reformasi sistem pendidikan nasional.

“Kalau kita ingin siswa kita memiliki daya saing global, kita tidak punya pilihan lain selain memperkuat guru kita. Guru harus menjadi agen perubahan yang mendorong siswa untuk berpikir, menganalisis, dan tidak sekadar menelan mentah informasi,” pungkasnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Exit mobile version