Heboh! Mahasiswi Samarinda Dijebak Tawaran Jadi Model, Diminta Kirim Foto Tak Pantas

Ilustrasi kasus pelecehan seksual media online. (Foto: Istimewa)

Samarinda, Kaltimetam.id – Tawaran menjadi model busana di Desa Wisata Bali terdengar menggiurkan bagi sejumlah mahasiswi di Samarinda. Iming-iming uang jutaan rupiah, kesempatan tampil di pemotretan profesional, dan kesempatan jalan-jalan gratis ke Bali membuat banyak di antara mereka tergoda. Namun, di balik janji manis itu, tersimpan niat jahat yang berujung pada permintaan foto-foto pribadi yang tak pantas.

Kasus ini kini tengah ditangani oleh Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kalimantan Timur, setelah sepuluh mahasiswi dari berbagai kampus di Samarinda melapor menjadi korban dugaan penipuan dan eksploitasi digital.

Ketua TRC PPA Kaltim, Rina Zainun, mengungkapkan bahwa modus operandi pelaku diawali dari komunikasi melalui media sosial, terutama Instagram dan WhatsApp. Pelaku menghubungi calon korban secara pribadi, memperkenalkan diri sebagai perekrut model busana tradisional untuk kegiatan promosi wisata Bali.

“Awalnya terduga pelaku menawarkan kerja sama yang tampak meyakinkan. Korban dijanjikan uang saku antara Rp 4 juta hingga Rp 25 juta, termasuk tiket dan akomodasi di Bali,” jelasnya.

Namun, niat sebenarnya mulai terkuak ketika pelaku mulai meminta korban mengirimkan foto-foto pribadi dengan pakaian ketat dan menonjolkan lekuk tubuh. Ironisnya, pelaku justru mencari mahasiswi berhijab untuk dijadikan model, dengan dalih “mengangkat keunikan busana tradisional yang sopan namun elegan.”

“Permintaannya sangat tidak wajar. Ada yang diminta pakai pakaian ketat, ada juga yang disuruh kirim foto dalam posisi tertentu. Saat korban ragu, pelaku meyakinkan bahwa itu hanya bagian dari proses seleksi,” tambah Rina.

Berdasarkan penuturan para korban, pola yang digunakan pelaku selalu sama. Pelaku memulai komunikasi lewat Direct Message (DM) Instagram, lalu meminta nomor WhatsApp korban dengan alasan agar komunikasi lebih mudah.

“Mereka tidak mengenal pelaku secara pribadi, tapi tahu dia pernah kuliah di kampus yang sama. Itu yang membuat korban tidak curiga,” tuturnya.

Sebagian mahasiswi sempat menuruti permintaan awal untuk mengirimkan foto formal dan casual. Namun, setelah itu, pelaku mulai mengarahkan percakapan ke hal-hal pribadi dan menuntut foto yang lebih vulgar. Ketika korban menolak, pelaku berusaha membujuk dengan iming-iming tambahan honor.

Kasus ini kini tengah diselidiki lebih lanjut oleh TRC PPA Kaltim, yang berkoordinasi dengan aparat kepolisian setempat.

Biro Hukum TRC PPA Kaltim, Sudirman, menduga kuat ada indikasi penipuan yang berpotensi berkembang menjadi pemerasan.

“Dari hasil penelusuran kami, sebagian korban baru diminta kirim foto biasa. Tapi ada juga yang sudah diminta kirim foto lebih berani. Kalau korban menolak, pelaku bisa saja menggunakan foto yang sudah dikirim untuk mengancam,” katanya.

Menurutnya, modus seperti ini merupakan bentuk baru dari eksploitasi digital terhadap perempuan muda. Pelaku memanfaatkan rasa percaya dan semangat para mahasiswi yang sedang mencari pengalaman kerja di dunia modeling.

“Pelaku tahu targetnya. Mereka sasar anak muda yang aktif di media sosial dan sedang mencari peluang karier. Tawaran yang tampak profesional ini membuat korban tidak sadar sedang dijebak,” jelasnya.

TRC PPA Kaltim kini tengah melakukan pendampingan psikologis terhadap korban dan mempersiapkan laporan resmi untuk penegak hukum. Sudirman menegaskan, kasus ini menjadi peringatan bagi generasi muda agar lebih berhati-hati terhadap tawaran pekerjaan di dunia maya.

“Tidak semua tawaran kerja di internet bisa dipercaya, apalagi yang menjanjikan keuntungan besar dengan proses seleksi yang tidak masuk akal. Kami imbau masyarakat, terutama perempuan muda, untuk selalu memastikan sumber tawaran pekerjaan berasal dari lembaga resmi dan jelas,” pungkasnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id