Harapan Baru dari Bumi Etam, Program Gratispol Wujudkan Kuliah bagi yang Hampir Menyerah

Momen penyerahan bantuan UKT dari Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim kepada mahasiswa penerima Gratispol, simbol harapan baru bagi pendidikan anak-anak Bumi Etam. (Foto: Ree/Kaltimetam.id)

Samarinda, Kaltimetam.id – Program Pendidikan Gratispol yang digagas Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur terus memperlihatkan dampak besar bagi masa depan generasi muda. Tahun ini, sebanyak 32.853 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kaltim akhirnya menerima bantuan pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT).

Penyerahan simbolis dilakukan di Gedung Olah Bebaya, Kantor Gubernur Kaltim pada Senin (17/11/2025) namun makna yang mengalir dari program ini jauh lebih dalam dari sekadar seremoni.

Bagi banyak keluarga di Kaltim, terutama yang tinggal di kawasan pedalaman dan pinggiran kota, kuliah sering kali menjadi mimpi yang harus disisihkan karena beban biaya.

Dalam situasi ekonomi yang tidak selalu stabil, keputusan untuk melanjutkan pendidikan kerap harus dikorbankan demi kebutuhan rumah tangga.

Di sinilah program Gratispol menjadi penyambung asa; menjembatani mereka yang hampir menyerah untuk kembali percaya bahwa pendidikan bukanlah hak yang hanya bisa dinikmati mereka yang mampu, tetapi ruang kesempatan yang semestinya terbuka bagi semua.

Salah satu penerima manfaatnya adalah Stephen King, mahasiswa Politeknik Sendawar dari Kutai Barat.

Ia adalah gambaran nyata anak muda yang berjuang antara keinginannya berkuliah dan kondisi ekonomi keluarga yang terbatas.

Ketika biaya menjadi beban yang tak sanggup ia pikul, keputusan untuk menunda kuliah dan langsung bekerja sempat menjadi pilihan. Namun program Gratispol mengubah arah langkahnya.

“UKT saya per semester 3,5 juta dan sekarang ter-cover semua. Program ini sangat membantu kami yang kurang mampu,” ujarnya.

Ia mengaku proses pendaftaran tidak menyulitkan, bahkan cenderung sederhana. “Nggak ada yang susah sih.”

Stephen bukan satu-satunya mahasiswa yang terbantu oleh program ini. Abdul Hamid, mahasiswa STIT Syamsul Ma’arif Bontang, juga merasakan bagaimana Gratispol membuka jalan yang sebelumnya sama sekali tidak ia lihat.

Awalnya, Hamid menyerah pada kenyataan bahwa keluarganya tak mampu membiayai kuliah. Ia memilih bekerja setelah lulus agar dapat membantu orang tua. Namun informasi tentang program bantuan UKT mengubah niatnya.

“Ekonomi saya kurang, jadi awalnya saya mau kerja. Dengan bantuan pemerintah, saya bisa masuk kuliah,” ungkapnya.

Ia menilai program ini memberi kesempatan besar bagi mahasiswa untuk fokus belajar tanpa memikirkan biaya.

“Kami berharap program ini terus berlanjut dan tidak di-stop,” harapnya.

Kisah berbeda tetapi dengan pesan yang sama datang dari Mahmud Najmi, mahasiswa UINSI Samarinda asal Berau. Ia menghadapi hambatan yang cukup berat ketika berniat kuliah di luar daerah karena keluarganya tidak sanggup menanggung biaya hidup dan UKT sekaligus.

UKT sebesar 4 juta rupiah menjadi beban tambahan yang membuat keluarganya meminta ia tetap melanjutkan pendidikan di Berau. Namun hadirnya Gratispol membuka kemungkinan baru baginya untuk tetap mengejar kampus impiannya.

“Program ini membuat kami yang kesulitan jadi lebih mudah membayar UKT,” jelas Mahmud.

Ia memperoleh informasi tentang program ini dari sekolahnya dan menyebut proses administrasinya mudah diikuti.

“Gampang saja isi berkasnya, nggak menambah banyak biaya,” tuturnya.

Di balik cerita-cerita itu, terlihat jelas bagaimana program Gratispol menjadi penyelamat mimpi bagi ribuan anak muda Kaltim. Mereka yang dulu terpaksa menunda kuliah karena terkendala biaya kini dapat melanjutkan pendidikan tanpa tekanan finansial yang berlebihan.

Bagi sebagian mahasiswa, Gratispol bukan hanya menanggung biaya kuliah, tetapi juga memberikan kesempatan untuk memperbaiki masa depan keluarga, membuka karier, dan membawa perubahan bagi daerah asal mereka. (REE)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id