Geger Fenomena Tanah Terangkat Dan Menutupi Anak Sungai di Loa Bakung, Ini Penjelasan IAGI

Anak sungai yang tertutup tanah akibat fenomena alam di kawasa Jalan KH Mas Mansyur, Loa Bakung Samarinda. (Foto: Istimewa)

Samarinda, Kaltimetam.id – Sebuah fenomena alam yang cukup mengejutkan terjadi di kawasan Jalan KH Mas Mansyur, Loa Bakung, Samarinda. Salah satu anak sungai di daerah tersebut mengalami penutupan oleh tanah yang diduga akibat kombinasi aktivitas penimbunan insirtu atau koral dan kondisi alam yang terjadi belakangan ini.

Penutupan anak sungai ini menarik perhatian sejumlah ahli geologi yang mencoba mencari tahu penyebab utama pergerakan tanah yang terjadi.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Kalimantan Timur, Hamzah Umar, menyatakan bahwa fenomena ini kemungkinan besar dipicu oleh aktivitas penimbunan material yang dilakukan oleh salah satu perusahaan di sekitar lokasi kejadian.

Penyebab sementara mengarah pada sebuah perusahaan yang diduga melakukan penimbunan.

“Dari hasil peninjauan lapangan, ada indikasi kuat bahwa aktivitas penimbunan ini berkontribusi pada pergerakan tanah yang menyebabkan anak sungai tertutup,” ujarnya, Selasa (22/10/2024).

Kawasan yang terdampak ini berada di daerah yang sangat rentan terhadap pergerakan tanah, terutama karena lokasinya berada di dataran aluvial Sungai Mahakam.

Aluvial merupakan jenis tanah yang terbentuk dari endapan sungai dan dikenal memiliki kekuatan yang sangat rendah untuk menahan beban berat di atasnya.

“Tanah aluvial tidak memiliki kekuatan struktural yang cukup untuk menahan timbunan besar, sehingga mudah sekali terjadi pergerakan apabila ada beban tambahan,” ungkapnya.

Salah satu faktor penting yang memperparah fenomena ini adalah kondisi alam yang tak terhindarkan. Air Sungai Mahakam yang mengalami pasang tinggi dalam beberapa hari terakhir memberikan pengaruh besar pada kestabilan tanah.

Lebih lanjut, Hamzah menjelaskan bahwa air pasang menyebabkan aliran air masuk ke dalam lapisan tanah, mengakibatkan tanah aluvial yang sudah lemah menjadi semakin jenuh dan mudah bergerak.

“Daerah Loa Bakung ini secara geologis adalah dataran banjir yang terdiri dari tanah aluvial. Ketika tanah aluvial ini terendam air, ia dapat berperilaku seperti pedang kelincir, di mana lapisan tanah yang seharusnya stabil menjadi sangat licin dan rentan ambles,” bebernya.

Fenomena naiknya tanah dari dasar sungai yang terjadi tadi malam ini, menurut Hamzah, merupakan puncak dari serangkaian pergerakan kecil yang sudah terjadi selama beberapa hari sebelumnya.

“Selama beberapa hari ini, kami sudah melihat ada pergerakan tanah yang kecil dan tidak signifikan, namun tadi malam pergerakannya lebih besar karena momentum air pasang yang bertemu dengan beban timbunan di atasnya,” ungkapnya.

Meski fenomena ini terlihat seperti likuifaksi, Hamzah dengan tegas menyatakan bahwa kejadian ini tidak disebabkan oleh pergerakan tektonik.

“Ini bukan likuifaksi. Likuifaksi biasanya terjadi akibat gempa bumi atau aktivitas tektonik, sementara di sini tidak ada pergerakan tektonik yang terdeteksi. Jadi, fenomena ini lebih disebabkan oleh kombinasi dari kondisi geologis lokal dan aktivitas manusia,” pungkasnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id