Samarinda, Kaltimetam.id – Kebutuhan layanan dasar di Sekolah Rakyat (SR) Terintegrasi 58 Samarinda kembali menjadi sorotan. Sekolah yang baru berjalan lebih dari satu bulan itu ternyata harus menghadapi persoalan yang sebenarnya sudah diprediksi sejak sebelum bangunan berdiri, yakni persoalan ketersediaan air bersih yang tidak stabil.
Persoalan ini tidak muncul tiba-tiba. Dinas Sosial (Dinsos) Kaltim mengungkapkan bahwa masalah tersebut sudah terdeteksi di tahap awal kajian teknis pembangunan. Namun, berbagai dinamika di lapangan membuat rencana awal tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Kepala Dinas Sosial Kaltim, Andi Muhammad Ishak, menegaskan bahwa persoalan kekurangan air di sekolah tersebut memang nyata dan tengah ditangani bersama pemerintah pusat.
“Masalah air bersih yang dialami oleh SR Integrasi 58 benar terjadi karena kurangnya debit air PDAM yang menjadi sumber air bersih,” ujar Andi, Selasa (18/11/2025).
Menurut Dinsos, pemerintah pusat melalui Satker Kementerian PUPR sebenarnya telah menyiapkan opsi sumur bor dalam sebagai sumber air mandiri. Itu menjadi langkah antisipatif jika pasokan PDAM tidak mencukupi.
Namun, saat implementasi berlangsung, sekolah justru dihubungkan langsung ke jaringan PDAM dengan tambahan beberapa tandon. Pilihan itu terbukti tidak efektif ketika pasokan PDAM berhenti selama beberapa hari.
Situasi tersebut memaksa siswa mencari cara lain untuk melanjutkan aktivitas harian. Sebagian murid bahkan mandi di masjid terdekat. Upaya sementara melalui suplai mobil tangki pun belum sepenuhnya berhasil.
“Kami sudah koordinasi dengan PDAM untuk memasok air menggunakan mobil tangki, dan sudah dilakukan. Hanya saja posisi tandon yang terpasang terlalu jauh dari pintu masuk sehingga selang mobil tangki tidak bisa menjangkau. Perlu pemindahan tandon,” jelas Andi.
Dinsos menyatakan pihak sekolah telah kembali mengusulkan pembangunan sumur bor kepada Kementerian Sosial sebagai solusi jangka panjang. Dengan begitu, akses air tidak lagi bergantung pada kondisi jaringan PDAM.
Di sisi lain, fasilitas pendukung pembelajaran juga belum sepenuhnya memadai. Peralatan yang seharusnya dipasok oleh Kemensos masih dalam proses distribusi nasional.
Akibatnya, sekolah untuk sementara menggunakan barang-barang pinjaman. Andi menyebut distribusi diharapkan selesai dalam waktu dekat agar proses belajar dapat berjalan lebih optimal.
Kondisi yang diungkapkan Dinsos sejalan dengan keluhan sekolah. Kepala SR Terintegrasi 58 Samarinda, Rabiatul Adawiyah, menyampaikan bahwa banyak sarana penting belum tersedia.
“Halaman bermain kurang, fasilitas olahraga belum ada. Perpustakaan, UKS, dan musala juga belum tersedia,” kata Rabiatul.
Ia mengakui sejumlah peralatan belajar seperti printer dan proyektor juga masih dipinjam dari sekolah lain. Kekurangan air bersih menjadi persoalan yang paling menghambat aktivitas harian siswa dan guru.
“Kalau air mati, di tempat lain biasanya masih mengalir. Kami sangat membutuhkan tandon tambahan,” tambahnya.
Dengan berbagai kendala yang ada, SR Terintegrasi 58 kini menunggu kepastian penanganan fasilitas dasar dari pemerintah pusat dan daerah. Sementara itu, kegiatan belajar mengajar harus terus berjalan dengan berbagai keterbatasan. (REE)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id







