Bekantan Liar Gegerkan Warga Samarinda Seberang, Diduga Tersasar Akibat Alih Fungsi Habitat

Seekor Bekantan masuk ke Pemukiman Warga di Jalan Teluk Bayur, Kelurahan Mangkupalas, Kecamatan Samarinda Seberang. (Foto: Istimewa)

Samarinda, Kaltimetam.id – Warga Jalan Teluk Bayur, Kelurahan Mangkupalas, Kecamatan Samarinda Seberang, dibuat heboh pada Senin (11/8/2025) pagi. Seekor bekantan liar, primata endemik Kalimantan yang berstatus dilindungi, terlihat berkeliaran di permukiman padat penduduk. Hewan tersebut masuk ke rumah-rumah warga, merusak barang, dan memicu kepanikan.

Kejadian bermula ketika sejumlah warga melihat satwa berhidung panjang khas jantan dewasa itu melompat dari atap rumah ke halaman. Upaya pengusiran secara manual tidak membuahkan hasil. Bekantan justru bergerak cepat menuju rumah lain, membuat situasi semakin tidak terkendali.

Merespons laporan masyarakat, Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Samarinda melalui Posko V segera menerjunkan tim evakuasi.

“Kami terima laporan dari warga bahwa ada monyet jenis bekantan di rumah. Kami langsung ke lokasi karena khawatir menyerang warga,” kata Komandan Posko V Damkar Samarinda, Muhammad Fadli, Selasa (12/8/2025).

Proses evakuasi berlangsung dramatis selama hampir 45 menit. Petugas sempat berhasil menjaring bekantan, namun hewan itu meloloskan diri dan melompat ke warung milik warga lainnya.

Kelincahan dan kekuatan fisik satwa membuat petugas harus bergerak cepat dari satu titik ke titik lain.

“Dia masuk ke dua bangunan berbeda sebelum akhirnya berhasil kami amankan. Setelah itu kami langsung hubungi BKSDA,” kata Fadli.

Terpisah, Kepala Resort BKSDA Samarinda, Ahmad Rifai, menjelaskan bahwa bekantan tersebut di perkirakan berusia sekitar 20 tahun dan dalam kondisi sehat.

“Bekantan ini endemik Kalimantan, biasanya hidup di pesisir dan hutan mangrove, makan pucuk-pucuk daun, bukan buah,” ujarnya.

Rifai menduga satwa tersebut tersesat akibat terpisah dari kelompoknya. Perubahan fungsi lahan di sekitar habitat asli bekantan mendorong satwa keluar mencari sumber makanan baru di area yang tidak semestinya.

“Dulu di dekat Jembatan Mahakam juga ada habitatnya, tapi sekarang sudah berubah. Mungkin ini salah satunya yang terpisah dan tersasar,” jelasnya.

BKSDA memastikan kondisi bekantan dalam keadaan sehat setelah pemeriksaan awal. Satwa ini rencananya akan dilepasliarkan ke kawasan Cagar Alam Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara.

“Kalau sehat, besok akan langsung kami lepas. Lokasinya dipilih karena statusnya cagar alam dan memang habitat asli bekantan. Tidak bisa sembarangan dilepas karena khawatir menimbulkan masalah baru di tempat lain,” katanya.

Bekantan (Nasalis larvatus) adalah satwa yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Satwa ini dikenal sebagai salah satu ikon fauna Kalimantan dengan ciri khas hidung panjang pada jantan dewasa. Namun, populasinya terus menurun akibat kerusakan habitat dan perburuan liar.

Peristiwa ini kembali mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian hutan mangrove dan habitat alami satwa endemik. Tanpa upaya serius, konflik antara manusia dan satwa liar seperti bekantan akan semakin sering terjadi, mengancam kelestarian spesies yang menjadi kebanggaan Kalimantan ini. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id