Samarinda, Kaltimetam.id – Harapan siswa dan guru untuk memulai proses belajar mengajar usai libur panjang Idulfitri pupus sudah. Hari pertama masuk sekolah yang seharusnya penuh semangat dan antusiasme justru disambut bencana banjir yang merendam SMA Negeri 4 Samarinda.
Sebanyak 14 ruang kelas, ruang UKS, hingga sebagian perpustakaan tak luput dari genangan air yang mencapai ketinggian sekitar 30 sentimeter.
Kepala Sekolah SMAN 4 Samarinda Sekaligus PLT SKOI Kaltim Muhammad Idar, menyampaikan bahwa banjir ini bukanlah fenomena baru. Sekolah yang telah berdiri selama lebih dari 40 tahun ini memang kerap menjadi langganan banjir, bahkan setiap kali hujan deras mengguyur wilayah kota.
“Ini sudah jadi langganan. Setiap hujan, hampir bisa dipastikan air masuk ke sekolah. Kadang dalam seminggu bisa tiga kali banjir. Sudah kita bersihkan pagi, siangnya datang lagi,” ungkapnya, Rabu (09/04/2025).
Dengan kondisi tersebut, sekolah mengambil keputusan tegas yaitu seluruh siswa dipulangkan lebih awal dan kegiatan belajar mengajar (KBM) ditiadakan demi keselamatan bersama.
“Kami khawatir dengan aliran listrik yang bisa menjalar lewat air. Sebelumnya pernah kejadian, aliran listrik turun ke lantai dan merambat ke air. Itu sangat berbahaya, makanya kami langsung putuskan siswa dipulangkan,” ujarnya.
Pihak sekolah belum dapat memastikan kapan kegiatan belajar akan kembali normal. Proses pembersihan baru dapat dilakukan jika air benar-benar surut. Diperkirakan perlu waktu 2 hingga 3 hari untuk membersihkan lumpur dan mengeringkan seluruh ruangan terdampak.
“Kami harus semprot dan bersihkan ulang semua kelas. Itu melibatkan guru, TU, hingga siswa. Tapi kalau air belum surut, ya tidak bisa kami mulai. Sekarang pun kelihatan masih naik, kiriman dari daerah atas,” jelasnya.
Sebagai bentuk antisipasi, SMAN 4 Samarinda merencanakan penggunaan ruang kelas 12 yang saat ini kosong akibat siswa kelas akhir sudah menyelesaikan ujian.
“Kelas 10 dan 11 yang terdampak akan kita alihkan ke ruang kelas 12. Itu pun kalau ruangannya memungkinkan. Kalau air masih tinggi, ya terpaksa KBM tetap terganggu,” katanya.
Kepala Sekolah Muhammad Idar mengungkapkan bahwa sejak berdiri lebih dari empat dekade lalu, sekolah ini belum pernah mendapatkan perbaikan besar. Ia berharap ada perhatian serius dari pemerintah daerah maupun pusat.
“Sudah 41 tahun sekolah ini berdiri. Belum pernah direnovasi besar. Tahun lalu ada program dari PUPR, tapi gagal. Sekarang kami menunggu langkah nyata dari Kementerian atau Dinas Pendidikan Provinsi. Kami tidak bisa terus begini,” ucapnya tegas.
Meskipun menghadapi berbagai keterbatasan, semangat para guru untuk tetap memberikan pendidikan terbaik bagi siswa tidak pernah padam.
“Guru-guru kami tetap mengajar dengan tulus, walaupun fasilitas minim. Tapi kalau banjir terus begini, sulit bagi siswa untuk fokus dan guru untuk menyampaikan materi dengan efektif,” tutupnya.
Terpisah, Salah satu siswi kelas 10, Ephy Silviana, mengaku kecewa karena semangat di hari pertama sekolah sirna begitu saja.
“Hari pertama masuk itu kan semangat-semangatnya, Kak. Tapi malah pulang cepat karena banjir. Besok pun belum tentu bisa belajar karena harus bersih-bersih dulu. Dan belum tentu bersih karena bisa jadi airnya naik lagi,” ujarnya.
Ephy juga berharap pemerintah tidak menutup mata terhadap kondisi sekolah mereka.
“Harapannya semoga sekolah kami diperhatikan. Kalau memang harus dibangun ulang, ya dibangun. Kalau bisa diperbaiki sebagian, ya diperbaiki. Yang penting kami bisa belajar dengan normal,” pungkasnya. (SIK)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id