Samarinda, Kaltimetam.id – Memasuki musim arus mudik Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), faktor cuaca menjadi salah satu perhatian utama dalam penyelenggaraan layanan transportasi udara. Di Kalimantan Timur, Bandara APT Pranoto Samarinda memastikan kesiapan menghadapi potensi cuaca buruk yang diperkirakan meningkat pada akhir tahun.
Pengelola bandara mengklaim telah menyiapkan berbagai skema antisipasi guna meminimalkan gangguan penerbangan serta memberikan kepastian informasi bagi masyarakat yang hendak bepergian selama periode libur panjang tersebut. Langkah ini dilakukan seiring peringatan dari BMKG terkait potensi hujan lebat, angin kencang, dan cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan.
Kepala BLU UPBU Bandara APT Pranoto Samarinda, I Kadek Yuli Sastrawan, mengatakan bahwa koordinasi intensif dengan BMKG telah dilakukan sejak jauh hari sebagai bagian dari mitigasi risiko selama periode Nataru.
“Sejak awal kami sudah berkoordinasi dengan BMKG. Informasi cuaca kami perbarui secara berkala dan dapat diakses masyarakat melalui laman resmi bandara. Dengan begitu, calon penumpang bisa memperkirakan kondisi cuaca beberapa jam hingga beberapa hari ke depan sebelum merencanakan perjalanan,” ujarnya.
Selain koordinasi lintas instansi, Bandara APT Pranoto juga telah memasang perangkat pemantau cuaca di area bandara untuk mendukung pengambilan keputusan operasional secara cepat dan akurat. Informasi dari alat tersebut menjadi salah satu dasar penyesuaian jadwal penerbangan apabila terjadi perubahan cuaca secara mendadak.
Kadek juga mengimbau masyarakat agar berangkat lebih awal menuju bandara, khususnya saat hujan deras. Akses menuju Bandara APT Pranoto diketahui rawan tergenang air ketika intensitas hujan tinggi, sehingga berpotensi menghambat waktu tempuh penumpang.
“Kami mengingatkan penumpang untuk memperhitungkan waktu perjalanan ke bandara, terutama jika hujan turun cukup lebat. Datang lebih awal akan membantu menghindari keterlambatan yang tidak diinginkan,” katanya.
Terkait potensi keterlambatan penerbangan (delay), Kadek menjelaskan bahwa Bandara APT Pranoto bukan merupakan bandara keberangkatan awal bagi sebagian besar maskapai. Oleh karena itu, keterlambatan sering kali dipengaruhi oleh kondisi di bandara asal, termasuk cuaca, kesiapan pesawat, hingga ketepatan waktu penumpang sebelumnya.
“Delay tidak selalu disebabkan oleh kondisi di Samarinda. Banyak faktor eksternal yang memengaruhi, termasuk cuaca di bandara asal. Namun, kami tetap berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang,” jelasnya.
Ia menambahkan, kompensasi kepada penumpang tetap akan diberikan sesuai ketentuan apabila keterlambatan disebabkan oleh faktor operasional maskapai. Bentuk kompensasi tersebut dapat berupa makanan ringan hingga penggantian dana sebesar Rp300 ribu, sesuai durasi keterlambatan. Namun, apabila keterlambatan terjadi akibat faktor cuaca, kompensasi tidak berlaku karena berada di luar tanggung jawab maskapai.
Di tengah tantangan cuaca, Bandara APT Pranoto juga membawa kabar baik bagi masyarakat dengan adanya insentif pengurangan harga tiket pesawat. Kebijakan ini merupakan program pemerintah yang berlaku selama periode 22 Desember 2025 hingga 10 Januari 2026, dengan besaran pengurangan sekitar 13 hingga 14 persen.
“Insentif ini diharapkan dapat membantu masyarakat yang ingin bepergian selama libur Natal dan Tahun Baru,” kata Kadek.
Selain itu, layanan khusus bagi kelompok rentan turut disiapkan secara optimal. Bandara menyediakan kursi roda, alat bantu jalan, serta pendampingan petugas bagi lansia, ibu hamil, anak-anak, dan penyandang disabilitas, mulai dari area terminal hingga proses naik pesawat.
“Kami ingin memastikan semua penumpang, termasuk kelompok rentan, dapat melakukan perjalanan dengan aman dan nyaman,” pungkasnya. (SIK)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id







