SMPN 24 dan SDN 13 Kerap Dilanda Banjir, Pemkot Benahi Drainase dari Suryanata ke Gunung Sampah

SMP Negeri 24 Samarinda yang berada di Jalan Suryanata ini kerap dilanda banjir tinggi. (Foto: Ree/Kaltimetam.id)

Samarinda, Kaltimetam.id – Tim Wali Kota untuk Akselerasi Pembangunan (TWAP) Kota Samarinda menegaskan bahwa relokasi bukanlah jalan keluar bagi persoalan banjir yang kerap melanda SMPN 24 dan SDN 13 Samarinda.

Setelah melakukan peninjauan langsung ke lapangan, TWAP yang diketuai oleh Syaparudin menilai bahwa sumber utama masalah bukan terletak pada lokasi sekolah, melainkan pada sistem drainase yang belum tertata optimal di kawasan tersebut.

Syaparudin menegaskan bahwa pihaknya sudah melakukan kajian teknis menyeluruh terhadap kondisi lingkungan sekitar sekolah. Berdasarkan hasil evaluasi, TWAP memutuskan tidak perlu ada pemindahan sekolah karena akar permasalahan adalah genangan air yang terjadi akibat aliran air yang tidak tertata dan buruknya saluran pembuangan.

“SD 13 dan SMP 24 sebagai sekolah yang selama ini terdampak banjir. Kesimpulan kita juga tidak perlu direlokasi atau dipindah, karena sesungguhnya problemnya adalah banjir, dan banjirlah yang perlu kita atasi, bukan sekolah yang kita pindah,” tegasnya, Kamis (6/11/2025).

Syaparudin menilai, langkah paling tepat untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah dengan melakukan revitalisasi drainase di sekitar kawasan sekolah.

Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa sistem drainase yang ada saat ini tidak mampu menampung volume air yang datang dari berbagai arah.

TWAP merekomendasikan pembangunan dan pelebaran saluran air di kawasan simpang tiga Jalan Kadrie Oening hingga Jalan Suryanata menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) lama di Gunung Sampah.

“Secara teknis, sebenarnya kemarin setelah kita lihat lokasi lapangan, kita butuh perbaikan revitalisasi drainase, penambahan drenase, memperbaiki drainase, dan di simpang tiga Kadrie Oening–Suryanata menuju ke gunung sampah atau TPA lama,” ujarnya.

Masalah banjir di kawasan tersebut bukan hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi, tetapi juga dipicu oleh aliran air kiriman dari bukit sampah dan perumahan sekitar Bukit Pinang.

Aliran air tersebut turun ke dataran rendah dan bermuara di sekitar area sekolah, menyebabkan genangan bahkan masuk ke ruang kelas.

“Kalau dua sisi itu kita benahi drainasenya, maka hampir bisa dipastikan banjir di dua sekolah ini bisa kita atasi. Jadi tentu pengaturan drainase terintegrasi di sekitar sekolah juga harus kita lakukan, karena di sekitar SMPN 24 selain kiriman dari bukit sampah, juga dari perumahan Bukit Pinang. Ini yang harus kita atasi bukan di sekolah yang kita pindah,” katanya.

Selain memperbaiki saluran utama, TWAP juga merekomendasikan pembangunan drainase tambahan di dalam lingkungan sekolah.

Tujuannya agar air yang masuk dari arah bukit dapat langsung mengalir ke sungai di depan sekolah tanpa menumpuk di halaman atau area belajar.

Langkah ini sekaligus menjadi bagian dari upaya jangka panjang pemerintah dalam mengatasi persoalan banjir di kawasan pendidikan.

“Kita akan rencanakan membuat drainase di dalam sekolah, di halaman sekolah yang menghubungkan dari arah limang banjir di atas langsung lurus menuju sungai di depan sekolah,” ungkap Syaparudin.

Dalam tinjauan tersebut, TWAP juga menemukan adanya saluran air dari area TPA Bukit Pinang yang menyebabkan parit di sekitar sekolah berubah warna menjadi hitam dan menimbulkan bau tidak sedap.

Setelah ditelusuri, diketahui bahwa air limbah tersebut masuk melalui sebuah tembok yang berfungsi sebagai pintu air. Kondisi ini akan segera ditangani dengan menutup saluran dan memperlebar jalur pembuangan di sekitarnya.

“Sudah kita tinjau lapangan, ada tembok yang kita tutup karena tembok itu pintu air yang memasukkan. Masuk air dari sampah TPA Bukit Pinang masuk ke sekolah, itu harus kita tutup,” jelasnya.

Lebih lanjut, TWAP juga berencana menata ulang drainase di pinggir Jalan Suryanata agar terhubung langsung dengan sistem saluran utama kota.

Selain memperluas dimensi saluran, penataan ini juga mencakup peningkatan infrastruktur di tepi jalan agar arus air lebih lancar saat hujan deras.

“Terutama di pinggir jalan juga harus kita tata sedikit berupa, kita perbaiki, kita bangun. Ini harapan kita, kita bisa mengatasi banjir di dua sekolah ini,” tutur Syaparudin.

Menurutnya, pendekatan yang diambil TWAP bukan hanya sekadar menangani genangan sementara, tetapi juga menciptakan sistem pengendalian banjir yang terintegrasi di kawasan pendidikan.

Dengan penataan drainase yang menyeluruh, Syaparudin optimis kegiatan belajar-mengajar di SMPN 24 dan SDN 13 Samarinda dapat berlangsung dengan aman tanpa gangguan banjir.

“Intinya rekomendasi kita harus kita perbaiki drainase, harus kita bangun drainase di pinggir Jalan Suryanata sampai ke gunung. Itu untuk mengatasi banjir di sekitar Jalan Suryanata ujung, di sekitar SMPN 24 dan SDN 13,” tutupnya. (REE)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id