Samarinda, Kaltimetam.id – Di sudut belakang Masjid Islamic Center Samarinda, aroma kopi robusta tercium kuat dari sebuah rombong sederhana milik Adam (20), penjual kopi keliling yang telah menghabiskan sembilan bulan terakhir berkeliling menawarkan minuman favorit warga.
Lokasi yang strategis di pinggir jalan membuatnya mudah ditemukan pembeli, meski tak jarang ia harus berhadapan dengan petugas penertiban.
Adam mengaku tak sepenuhnya memahami detail modal awal usahanya, namun dari informasi yang ia tahu, satu rombong lengkap dengan produksi bisa menelan biaya sekitar Rp15 juta hingga Rp20 juta.
“Untungnya kan ini kayak pinggir jalan, jadi gengsinya banyak. Sebenarnya berjualan di sini lumayan membantu, cuma ya ada tantangannya juga,” ujarnya, Rabu (13/8/2025).
Setiap harinya, Adam membawa stok kopi dengan jumlah bervariasi, rata-rata masing-masing rasa sekitar 20 cup. Penjualan pun fluktuatif, dengan angka rata-rata mencapai 180 cup per hari, bahkan pernah menembus 295 cup di momen ramai.
“Standarnya 180 cup, paling besar kemarin 295,” katanya.
Kopi robusta yang ia jual telah diproduksi oleh tim khusus, sehingga Adam tinggal melayani pelanggan di lapangan.
Namun, musim hujan dan aturan penertiban kerap membuat usahanya terganggu. Adam bercerita pernah tujuh hingga delapan kali mengalami rombongnya diambil Satpol PP selama sembilan bulan berdagang. Meski begitu, ia tidak menyimpan dendam.
“Karena kita sama-sama kerja juga, sama-sama cari rezeki. Jadi mau nggak mau saling menghargai aja,” tuturnya.
Meski dihadapkan pada berbagai hambatan, Adam tetap menemukan sisi menyenangkan dari pekerjaannya. Selain bertambahnya relasi, ia juga sering mendengar cerita unik dari pembeli yang datang dari berbagai daerah.
“Sukanya sih banyak teman, apalagi dari luar kampung. Paling jauh ada dari Padang, cuma beli kopi terus cerita-cerita,” pungkasnya. (REE)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id